Sunday 13 December 2009

Fungsi Tazkiyah

AlQuran Surah AL Kahfi 17 : “…Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah yang mendapat petunjuk; dan barangsiapa yang disesatkan-Nya, maka kamu tidak akan mendapatkan seorang Wali Mursyd-pun (pembimbing agama) yang dapat memberi petunjuk kepadanya..”
  
Nawaitul arba’in..
Nawaitul ‘uzla
Nawaitul khalwat
Nawaitul i’tikaf
Nawaitul suluk
Nawaitur riadha lillahi ta’aala…

Apakah ada peradaban yang lebih baik dari Islam ?

Jawabnya : “Tidak !!

Lalu apa kunci Rasulullah saw hingga mampu membangunkan suatu peradaban baru hanya dalam tempuh waktu 23 tahun..?

Kunci dan rahsianya seperti diterang dan diungkapkan dalam surat Al Baqarah : 151 :

“Sebagaimana Kami telah mengutus seorang Rasul kepadamu, yaitu salah seorang diantaramu, yang membacakan ayat2 Kami kepadamu, membersihkan kamu (dari kelakuan yang tidak baik) dan mengajarkan Kitab dan Hikmat kepadamu; dan lagi mengajarkan apa2 yang belum kamu ketahui”.

Tugas yang dipikulkan pada Rasulullah saw :
  
1. Membacakan ayat-ayatNya kepadamu (Tilawah)
2. Mensucikan kamu (Tazkiah)
3. Mengajarkan kepadamu al-Kitab dan al-Hikmah serta apa-apa yang belum kamu ketahui (Ta’lim).

Baginda saw menjalankan 3 tugas utama :

Tilawah, membacakan ayat-ayat Allah. Memperkenalkan kepada orang-orang tentang adanya petunjuk ‘langit’ dan meyakinkan mereka tentang kebenaran ayat-ayat ‘langit’ itu.

Tazkiyah, mensucikan jiwa pengikutnya. Tanpa kesucian jiwa maka makna ayat-ayat yang dibacakan tak akan terfahami dengan baik, tak juga ayat-ayat itu terasakan sebagai penggerak oleh seseorang untuk mengamalkannya.

Ta’lim, mengajarkan ketentuan-ketentuan Allah (hukum, kitab) juga  dan manfaat dari ketentuan-ketentuan tersebut (hikmah) serta apa-apa yang belum diketahui umat.

Sekarang ini fungsi TILAWAH (membaca ayat2 Al Quran) telah banyak tergantikan oleh berbagai media. Kalau dulu hanya dibacakan oleh orang, sekarang ayat-ayat telah dibukukan, dikasetkan, diCD/VCD kan, di-digitalkan. Orang dapat mengaksesnya secara langsung. Untuk membacanyapun sudah banyak tersedia kursus-kursus yang dapat melatihkannya dengan berbagai metode yang sangat cepat. Dan ada yang menganjurkan akan pertandingan TILAWAH itu sendiri. Fikir2kanlah sendiri.!

Fungsi TA’LIM (mengajarkan)  masih terus berjalan, bahkan masih banyak ustadz yang memimpin majlis-majlis Ta’lim, baik langsung maupun menggunakan kaedah2 moden dan berteknologi melalui radio, tv dan internet. Dipondok2, surau2 dibacai akan kitab2 lama tulisan ulamak2 lama. Alhamdulillah masih ada lagi jiwa2 manusia yang mau kearah itu kalau nak dibandingkan dengan program2 keduniaan yang pengikutnya bukan sedikit.

Yang jadi masalah adalah fungsi TAZKIYAH (mensucikan). Bunyi yang cukup mudah tapi perlaksanaannya belum tentu dapat.  Rasulullah SAW mentazkiyah qalbu dan jiwa para sahabat sebelum menta’lim mereka, jadi para sahabat jiwa dan qolbunya dibersihkan / disucikan terlebih dahulu baru kemudian diberi ajaran kebenaran.. Jiwa sahabat sudah tersucikan lebih dahulu sebelum mendapatkan Ta’lim.
 
Apa yang dikatakan membersihkan jiwa itu?

Pertama: Kita harus Mengenal Diri kita. Jangam senyum, dah! Sebab bila kita sebut menyucikan diri maka macam2 yang datang masuk ke kepala otak manusia. Nak bawa orang masuk bertarekat lah nih! Macam2lah lagi.  Tak percaya sebutlah perkataan itu pada mereka itu….Sebenarnya yang itu pun sebahgian daripadanya baru boleh meneruskan pada tahap kedua.

Kedua : Mengisi Diri kita melewati pembersihan (tazkiyah) dengan tiga tahapan:

·         1.      Pembersihan Aqidah iaitu melalui pemahaman akan segala yang terkandung dalam Rukun Iman. Ini adalah asas utama.

·         2.      Pembersihan Dengan Menjalankan segala perintah Allah SWT dan meninggalkan segala laranganNya. Disifatkan pada perlaksanaan akan Rukun Islam yang lima itu. Dari sini berlaku perlakuan2 bersifat lahiriah dan batiniah.

·         3.      Dan menjalankan Sunnah-sunnah Rasulullah saw.

Firman Allah SWT: Yang bermaksud:
"Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya, sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya rugilah orang yang mengotorinya".
[Asy-Syams : 7-10]
Dizaman semasa hayat Rasulullah saw para sahabat mendapat Tazkiyah terus dari baginda secara langsung. Sebenarnya Rasulullah SAW mendapat Tilawah, Tazkiyah dan Ta’lim dari malaikat Jibril, Kemudian para Sahabat mendapatkannya dari Rasululah saw. Lepas itu para tabi’in dari para Sahabat.. begitu seterusnya proses Tazkiyah ini berjalan.

Pertanyaannya sekarang siapa yang mentazkiyah diri kita disaat dan di kala zaman ini ?

Untuk Tilawah kita dapat mempergunakan berbagai multi media di mana ayat Quran  banyak tersebar dengan harga murah. Kaset qari2 tempatan dan Asia Barat dijual di sana sini juga boleh jugak di"downloadkan" dari internet. Sudah menjadi adat masyarakat Islam di nusantara macamana sekalipun akan menghantar anak2 mereka untuk mengaji Quran. (bahasa yang seringkali diucapkan) samada di rumah tok2 guru (dulu), atau kat rumah ustadz / ustazah atau juga kat surau2 berhampiran. Dewasa ini sudah banyak kelas2 hafiz Quran didirikan di pelusok negara. Untuk peringkat kebangsaan sudah ada Akademi Al-Quran yang melahirkan hafiz2 dan hafizah2.

Untuk Ta’lim, kita dapat mendatangi majlis ta’lim,halaqah, liqa’ dan ma’bit; menjumpai para ustadz dan murabbi. Alhamdulillah, masjid2 dan surau2 menganjurkan majlis seperti ini saban minggu. Ada yang ramai mengikutinya dan begitulah sebaliknya. Kekadang kita lihat masyarakat sekarang mengikut mood…sebab mereka lihat ustadz mana dan kitab apa yang dibaca. Kekadang tempat itu sendiri memainkan peranan. Malas nak cakaplah di sini tapi faham2 ajalah. Soalannya….(maaflah) apakah yang dibaca dan diajari itu benar2 masuk ke benak hati dan bersedia untuk dipraktikkan atau sekurang2nya difahami atau menerimanya sebagai suatu ilmu. Tapi semua itu KALAU kita lakukan dengan qalbu yang kotor karena tidak mengalami Tazkiyah terlebih dahulu macamana pulak?!..

Adakah para ustadz atau kyai ataupun syeikh itu dapat mentazkiyah kita ?

Apakah para murabbi kita juga telah tersucikan jiwanya sehingga mampu mentazkiyah kita? Kata orang jangan cakap tak serupa bikin. Itulah kita kita kena pilih guru itu betul2.

Kadang kita katakan, tak perlu tazkiyah secara formal, lakukan saja ibadah dengan ikhlas dan tekun, nanti jiwa akan tertazkiyah sendiri. Betulkah? Bagaimana kita dapat ikhlas kalau belum tazkiyah. Bagaimana akan termotivasi dan tekun beribadah, kalau masih ada kotoran-kotoran jiwa ? Jadi berputar-putar.. pi mai pi mai tang tu. Untuk tazkiyah perlu ibadah, tapi untuk ikhlas dan tekun beribadah diperlukan tazkiyah lebih dahulu…

Mungkin banyak yang berpendapat tak perlu ada Tazkiyah secara formal, juga tak perlu ada orang yang mentazkiyah kita. Itu semua karena kita belum mengetahui pentingnya dua hal itu. Kalau soalannya belum terjawab dan pakai “redas” sahaja itulah menyebabkan ramai umat masakini telah jauh tersasar dari landasan Islam yang sebenar. Hanyut dan lupa diri. Puak2 yang ramai dan semakin ramai ini bagi setengah pihak tidak apa tapi sayang kenapa puak yang mahu pada agama dituduh macam2. Sesat, menyeleweng bahkan sampai tahap pengganas yang mesti dimusuhi. Bab akidah jangan buat main2.

Tapi harus kita ketahui, siapa yang mentazkiyah kita saat ini ?

Kadang kita terlalu angkuh dan sombong dengan mengatakan tak perlu tazkiyah dari orang yang mentazkiyah, karena hubungan kita dengan Allah SWT bersifat langsung dan individual, tak memerlukan perantara. Tapi betulkah kita, dengan segala kekotoran kita dapat terhubung langsung dengan Allah? Bukankah Rasulullah saw sebelum mikraj pun ditazkiyah dulu qalbunya oleh Malaikat Jibril ?

Masukilah rumah lewat pintunya. Pelajarilah agama melalui sumbernya. Celeklah sebelum dipejamkan bijik mata. Seraplah cahaya Ilahiah melalui salurannya. Ertinya nak dapat ilmu dan mempraktikkanya mestilah berguru. Jangan bergurukan syaitan!

Kesimpulannya mendapatkan seorang Wali Mursyid itu adalah perlu dan wajib sesuai dengan Al Quran surat Al Kahfi ayat 17 diatas  Kita tidak akan pandai tanpa guru (bukankah siapa yang belajar tanpa guru, maka gurunya adalah syaitan). Jiwa takkan terbersihkan tanpa ada yang mentazkiyahnya.

Tapi jangan jadikan sembarangan orang untuk kita jadikan mursyid. Jangan tersalah pilih akan guru yang bakal membantu kita ke jalan yang terang lagi tersuluh itu. Bagaimana ia akan mentazkiyah diri kita kalau diapun belum tersucikan jiwanya. Dia pun dua kali lima persis dengan kita.. Carilah murid yang berkualifikasi wali. Bukan wali murid, atau wali nikah, akan tetapi Wali Allah.

Aku sunting-tambah dari buah fikiran penulis asal, harap maaf dan jutaan terima kasih moga isi yang ditambah tidak lari dari tajuk asal.

الْحَمْدُ للّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ – وَاَللَّهُ أَعْلَمُ بِالصَّوَابِ

Rujukan:
http://sendy-master.blog.friendster.com/2008/11/wali-mursyid-pembimbing-jalan-ruhani-menuju-ilahi-pewaris-tugas-rasulullah-saw/

Sunday 6 December 2009

Uzlah Ikhlas padaNya.

Perkataan uzlah ataupun khalwat tidaklah satu yang asing bagi seorang ahli yang mengamalkan sesuatu tarekat. Uzlah ertinya memencilkan diri iaitu mengasingkan diri dari orangramai untuk melatih diri menghampirkan diri dengan Allah swt. Untuk tujuan itu seseorang itu perlu mengetahui amal ibadat yang perlu dilakukan dalam uzlah itu seperti solat, zikir, doa, wirid dan sebagainya. Diri, pakaian dan tempat untuk beruzlah mestilah bersih zahir dan batin. Dan yang penting niat dikhususkan semata-mata ikhlas kerana Allah dan sebaik2nya hendaklah berpuasa dalam beruzlah itu. Orang yang beruzlah tidak boleh berkata2 dengan sesiapa dan paling penting tidak boleh meninggalkan solat lima waktu sehari semalam dan yang paling afdhal bersolat berjemaah.

Biasanya orang yang melakukan uzlah ini dipanggil Salik. Uzlah dibahagikan kepada dua iaitu uzlah lahir dan uzlah batin. Yang pertama, seseorang yang melakukan uzlah faham bahawa dia mesti mengosongkan diri dari hal2 keduniaan dan sebaik2 carilah tempat yang boleh terhindar dari gangguan manusia. Tujuan uzlah itu sendiri adalah untuk mengikis segala dosa dan noda dengan berzikir dan bertaubat yang tanpanya adalah mustahil cita2 dan hajatnya tercapai. Disamping itu dia harus memperbanyakkan memikir penciptaan Allah, mengenal dirinya sebagai hambaNya yang banyak berdosa dan melakukan banyak kesalahan yang kalau tidak dimaafkanNya niscaya dia berada dalam celaka. Apabila timbul perasaan2 semacam ini maka kuatlah keimanan dan keyakinannya bahawa Allah akan mengampuninya dan seterusnya.  Si Salik tadi hendaklah juga berhasrat denga beruzlah itu, hendaklah kewujudannya, ego dan nafsu ammarahnya tidak lagi menggangu orang lain dan dengan itu dapat mendidik dirinya dan nafsunya mempertingkkatkan kemajuan kerohaniannya. Dia bersungguh2 dalam peribadatanya dan memohon agar segala dosa dan kesalahan samada sengaja ataupun tidak, nyata ataupun yang tersembunyi diampunkan dan bertaubat tidak akan mengulanginya lagi di masa hadapan. Itulah taubat yang sebenar2nya taubat. Ertinya dalam permulaan uzlah itu seseorang itu perlu melakukan solat taubat.

Firman Allah dalam surah An Nazi’at ayat 40 dan 41 yang bermaksud:

“Adapun orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri daripada keinginan hawa nafsu, maka sesungguhnya surgalah tempatnya”

“Kecuali orang2 yang bertaubat, beriman dan beramal saleh, maka kejahatan mereka diganti allah dngan kebajikan. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.

Al-Furqan : 70

Adapun uzlah itu sendiri umpama benteng yang melindungi dirinya dari serangan musuh (nafsu) yang sentiasa cuba menyerang untuk menganjurkan kesalahan dan dosa samada ringan maupun berat. Ketika beruzlahlah si Salik tadi dapat menjauhi diri dari perbuatan dosa di samping membersihkan diri dari dosa2 yang ada.

“Maka barangsiapa mengharapkan perjumpaan dengan Tuhannya, hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam ibadatnya pada Tuhannya”.

Al-Kahfi : 110

Begitu juga uzlah batin, yang  membuang daripada hati semua yang bersangkutpaut dengan keduniaan, kejahatan, makan-minum, kenafsuan dan melupakan keluarga (anak / isteri), dan segala jua selain Allah. Tumpuan hanya kepada Allah, kerana Allah dan untuk Allah semata2. Masuknya ke pintu uzlah itu maka tutuplah segala perasaan sombong, dendam, zalim, marah. hasad, dusta dan segala sifat2 kotor menuju kepada tujuan uzalah itu sendiri iaitu untuk mensucikan diri. Tindakannya bertujuan menafikan dan mematikan segala sikap ego dan segala penyakit berpunca dari hati dan nafsu serakahnya. Selepas dia mengerjakan solat taubat hendaklah dia bertafakur dan mengheningkan fikiran serta zikir terus menerus sehingga ego dan sifat2 jahat yang bersarang di hatinya terhapus. Ini mungkin memakan masa yang panjang. Uzlah yang dilakukan bukan boleh dibuat2 dengan sengaja atau sewenang2nya. Ia bukan perbuatan olok2 dan main2. Bukan pergi bertapa berhajatkan ilmu keduniaan..nakkan ilmu kebal, ilmu ghaib, ilmu terbang, ilmu  yang entah apa-apa bukan yang menghampirkan diri kepada Allah. Bertapa dan beruzlah bunyi dan caranya serupa tapi kaedahnya tidak sama. Bertapa lebih pada menuntut bab duniawi.  Lain pula halnya dengan beruzlah atau berkhakwat itu. Apa yang perlu adalah rasa kecintaan, keikhlasan dan iman yang sejati. Uzlahnya bukan meminta balasan. Ia bukan merupakan jalan buatan sendiri tapi adalah jalan para sahabat Nabi, jalan mereka yang menuruti jejak langkah para sahabat, dan jalan mereka yang tahu jalan para pengikut sahabat lalu menurutinya.

Oleh itu apabila sudah menurutinya, jangan menoleh kebelakang lagi meskipun apa yang sedang dihadapi itu terasa berat sekali pada permulaannya. Jika sudah terbiasa akan menjadi mudah dan pasti berazam untuk melakukannya lagi. Pohonlah pertolongan Allah dalam menempuh uzlah ini kerana ia bermula dengan taufik hidayah Allah, maka jika berazam benar dan ikhlas, pertolongan Allah pasti datang mengiringi segala gerak gerik si salik tadi. InsyaAllah jika dilakukan dengan cara yang betul maka Ia akan memagari diri si Salik supaya tidak mengulangi perkara2 yang tidak diingini dan dijauhkan diri daripadanya. Rupanya berseri2, perasaan zahir dan batinnya akan menjadi suci kerana ia telah diampuni Allah, kerana ia berada dengan Allah. Allah akan mengawasinya, menerima doa dan rayuannya dan memperkenankan segala kehendaknya.

‘Barangsiapa yang mengkehendaki kemuliaan, maka bagi Allah lah kemuliaan itu semuanya. KepadaNyalah naik segala perkataan2 yang baik dan amal yang saleh dinaikkanNya”.

Al-Fathir : 10

“……Allah menghapuskan kesalahan2 mereka dan memperbaiki keadaan mereka”.

Muhammad : 2

Mereka yang telah dikasehi Allah akan diangkat darjatnya, tidaklah ada lagi “keduaan” atau kesyirikan, gangguan dan huru-hara, kekhuatiran dan kegelisahan dalam hati mereka. Segala amalan yang dilakukan semasa beruzlah meliputi seperti solat (samada fardhu, taubat, tahajjud, hajat, dsb), zikir, doa, wirid dan sebagainya semata2 bertawqarrub kepada Allah swt yang mana kesemua amalan itu dikira amalan saleh dan terpuji. Maka adalah tidak mustahil dia akan diangkat ke pangkat kemuliaan dunia dan akhirat dan itulah matlamat tertinggi bagi seoarang hamba yang mengakui kehambaannya kepada Allah. Segala pangkat dan darjat tidak akan diberikan kecuali, sesudah berkhidmat dengan jujur dan ikhlas!

“Dari keduanya  keluar mutiara dan marjan”.

Ar-Rahman : 22

Barangsiapa sampai kepada keadaan ini, maka ia berada di peringkat taubat yang sebenar2, ilmunya diluaskan kerana tindakannya semua untuk berkhidmat dengan sesama insan lillahi taala, hatinya tidak lagi tertarik kepada dosa dan maksiat, percakapannya hanya mengenai urusan dengan Tuhan. Dah tiada masa nak bertanyakan hal2 Ghairullah dan nafsunya memikirkan Zahratil-Hayatid-Dunia. Jika ia lupa dan tersalah ia akan diampunkan kerana ia ingat semula setelah ia lupa, ia bertaubat seandainya berbuat dosa kerana lupa dan lalai serta tidak disengajakan. Ia merasa hampir dengan Allah yang telah terlebih dahulu hampir dengannya. Bukankan itu satu nikmat yang tiada taranya dan satu kurnia yang besar nilalnya, biar orang yang pintar tahu rahsianya, orang2 bodoh terkapai2 tangannya hanya menterbeliakkan dua bijik matanya yang buta, tidak kenal maka tidak ada makrifatnya, tidak ada cahaya mana boleh mendapatkannya.

Kata orang2 alim dan makrifat, bersihkanlah hatimu dari segala daki2 kekotoran, tumpukan perhatian kepada Tuhan yang menciptakan, kelak engkau akan mengenali jalanNya, bila engkau menuju kepadaNya, engkau akan sampai kepadaNya!

“…..kemuliaan itu hanyalah bagi Allah, bagi RasulNya dan bagi orang2 mukmin”.

Al-Munafiqun : 8

وَاَللَّهُ أَعْلَمُ بِالصَّوَاب


Tuesday 24 November 2009

Tashawuf Islam dan Maqam Shiddiqun

Risalah Sufi Al-Qusyairi (Ar-Risalatul Qusyairiyah Fi ‘Ilmit Tashawwuf) adalah sumber paling tua di antara karya agong dalam bidang tasawuf. Abul Qasim ra. (Imam Al-Qusyairi) membawa pembaca meninjau ke alam tasawuf dan persoalan2 yang berkaitan dengannya. Ianya disusun bertujuan meluruskan pemahaman keagamaan Islam tentang konsep2 tasawuf, akidah tasawuf, pengalaman kerohanian.


Nama lengkapnya adalah Abdul Karim al Qusyairi. Nasabnya, Abdul Karim bin Hawazin bin Abdul Malik bin Thalhah bin Muhammad. Panggilannya Abul Qasim, sedangkan gelarannya cukup banyak, antara lain disebutkan:

An-Naisaburi
Dihubungkan dengan Naisabur atau Syabur, sebuah kota di Khurasan, salah satu ibu kota terbesar Negara Islam pada abad pertengahan disamping Balkh, Harrat dan Marw. Kota di mana Umar Khayyam dan penyair sufi Fariduddin ‘Atthaar lahir. Dan kota ini pernah mengalami kehancuran akibat perang dan bencana. Sementara di kota inilah hidup asy Syeikh al Qusyairi hingga akhir hayatnya.

Al-Qusyairi.
Dalam kitab al Ansaab’ disebutkan, al Qusyairy sebenarnya dihubungkan kepada Qusyair. Sementara dalam Taajul Arus disebutkan, bahwa Qusyair adalah warga dari suku Qahthaniyah yang menempati wilayah Hadhramaut. Sedangkan dalam Mu’jamu Qabailil ‘Arab disebutkan, Qusyair adalah Ibnu Ka’b bin Rabi’ah bin Amir bin Sha’sha’ah bin Mu’awiyah bin Bakr bin Hawazin bin Manshur bin Ikrimah bin Qais bin Ailan. Mereka mempunyai beberapa cucu cicit. Keluarga besar Qusyairy ini bersemangat memasuki Islam, lantas mereka datang berbondong bondong ke Khurasan di zaman Umayah.

Al-Imam
Nama nama (gelar) ini diucapkan sebagai penghormatan atas kedudukannya yang tinggi dalam bidang ilmu pengetahuan di dunia islam dan dunia tasawuf. Al jaa’mi bainas Syariah wal haqiqat (Pengintegrasi antara Syariat dan Hakikat), 

Al Qusyairy mengatakan, bahwa ia lahir di Astawa pada bulan Rablul Awal tahun 376 H (986 M). Beliau wafat di Naisabur, pada pagi hari Ahad, tanggal 16 Rablul Akhir 465 H (l073 M). Ketika itu usianya 87 tahun. Imam Al-Qusyairi adalah seorang tokoh sufi bermazhab As-Syafie.

Disiplin Ilmu Keagamaan
  • Ushuluddin: Al Qusyairy belaj’ar bidang Ushuluddin menurut mazhab Imam Abul Hasan al Asy’ary.
  • Fiqih: Al Qusyairy dikenal pula sebagai ahli fiqih mazhab Syafi’y.
  • Tasawuf: Beliau seorang Sufi yang benar benar jujur dalam ketasawufannya, ikhlas dalam mempertahankan tasawuf Komitmennya terhadap tasawuf begitu dalam. Beliau menulis buku Risalatul Qusyairiyah, sebagaimana komitmennya terhadap kebenaran teologi Asy’ary yang dipahami sebagai konteks spirit hakikat Islam. Dalam pleldoinya terhadap teologi Asy’ary, beliau menulis buku: Syakayatu Ahlis Sunnah bi Hikayati maa Naalahum minal Mihnah.
Ia dimakamkan di samping makam gurunya, Syeikh Abu Ali ad-Daqqaq ra,

Beliau menulis buku Risalatul Qusyairiyah, sebagaimana komitmennya terhadap kebenaran teologi Asy’ary yang difahami sebagai konteks spirit hakikat Islam.

Berikut adalah sebahagian dari kata-katanya dalam Ar-Risalatul Qusyairiyah Fi ‘Ilmit Tashawwuf yang lebih dikenali sebagai Risalah Sufi Al-Qusyairi.


Pada muqaddimah Risalah beliau mengatakan:” Ketahuilah, semoga Allah merahmati kamu sekelian, bahawa setelah zaman(periode ) Rasulullah saw, orang2 utama di kalangan kaum Muslimin tidak dikenali dengan predikat apa pun selain sebagai sahabat Rasulullah saw. Kerana tiada lagi yang mengungguli keutamaan mereka. Kerana itu mereka disebut dengan sahabat. Pada periode kedua, orang2 yang berguru dengan sahabat itu dinamakan tabiin dan mereka menganggap sebutan itu sebagai sebutan yang paling mulia. Selepas tabiin disebut tabiut tabiin. Selepas mereka manusia berbeza-beza pendapat dan tingkatan2 yang bermacam-macam. Orang2 tertentu (khawwash) yang memiliki perhatian pada sangat besar terhadap permasalahn agama disebut zahid dan abid. Lalu muncullah bermacam2 bidaah, timbullah perselisihan, hingga masing2 kelompok mendakwa dalam kelompoknya terdapat para zahid. Sementara orang2 khusus dari kalangan ahlu sunnah, yakni orang2 yang selalu menjaga diri bersama Allah, dan menjaga hatinya dari bencana kelalaian, dikenal dengan nama tashawu. Sebuah nama yang popular dikalangan para tokoh ulama sebelum tahun 200H.


Dari sini kita  mengetahui (Said Hawa mengatakan) tashawuf dibangunkan berdasarkan mazhab ahli sunnah wal jamaah, baik dari segi aqidah maupun fiqih. Seorang sufi dalam masalah aqidah terikat dengan mazhab ahli sunnah wal jamaah, sementara dalam masalah2 fiqih juga terikat dengan fatwa2 ahli sunnah wal jamaah. Ia harus berjalan menurut mazhab2 mereka dalam masalah2 aqidah dengan merujuk hukum dari sumber al-Quran dan as-Sunnah. Ia memiliki kelebihan atas orang lain dengan amal dan realisasi.

Dalam Risalahnya, selepas menerangkan riwayat hidup sebahgian tokoh sufi, Abul Qassim  al-Qusyairi mengatakan: “Itulah riwayat sebagian tokoh (syeikh) kelompok ini.Tujuan memaparkan riwayat mereka disini adalah untuk mengingatkan bahawa mereka semua sepakat mengagungkan syariat, menempuh suluk dengan cara riyadhah(menempa jiwa), mengikuti sunnah dan tidak sedikitpun meninggalkan adab-adab agama. Mereka juga sepakat bahawa orang yang tidak melakukan muamalah dan mujahadah atau tidak melandasi urusannya dengan asas warak dan takwa, bererti telah berbohong atas nama Allah swt. Orang seperti ini akan binasa dan cenderung membinasakan orang yang tertipu, diantara orang-orang yang cenderung kepada kebathilan-kebathilan”.


Imam Al-Qusyairi berkata:”Ketahuilah, semoga Allah merahmati kalian, bahawasanyan para syeikh kelompok ini telah membangunkan kaedah2 mereka di atas dasar2 tauhid yang benar. Dengan demikian mereka telah menjaga aqidah mereka dari segala bidaah, sesuai dengan tauhid ulama salaf dan ahli sunnah wal jamaah. Tanpa tamtsil dan ta’thil, mereka mengetahui apa yang menjadi hak al-Qidam (Yang Maha terdahulu), dan mereka telah merealisasikan hal2 yang menjadi sifat Maujud, dari segala yang tiada.”

Dalam Risalahnya lagi, Al-Qusyairi mengambil perkataan Saad Bin Utsman, ia berkata:”Aku mendengar Dzun Nun al-Mishri berkataz: ”Diantara tanda2 orang yang mencintai Allah Azza wa Jalla adalah bahwasanya mereka mengikuti kekasih Allah (Muhammad saw), dalam hal akhlak, perbuatan2, perintah2, dn sunnah2nya.”

Al-Qusyairi juga berkata: ”Syariah ialah perintah untuk iltizam (menetapi) ubudiyyah, sedangkan hakikat adalah musyahadah (pengakuan dan penyaksian) akan rububiyyah (ketuhanan). Kerana itu, syariat yang tidak dikokohkan oleh hakikat, tidak akan diterima. Sedangkan hakikat yang tidak diikat dengan syariat, tidak akan tercapai. Syariat datang dengan membawa taklif (kewajipan) kepada makhluk, sedang hakikat ialah perkhabaran tentang perlakuan al-Haq (Allah). Jadi, syariat ialah agar engkau menyembahNya, sedang hakikat ialah supaya engkau menyaksikanNya. Syariat ialah perlaksanaan dari apa yang diperintahkan, sedang hakikat adalah penyaksian terhadap qada dan qadarNya, serta apa yang disembunyikan dan ditampakkanNya”.

Pengarang ar-Risalah al-Qusyairiyah mengatakan:”Abu Abdullah bin Khafif berpesan: ”Ikutilah salah satu dari lima orang syeikh kami, ada pun yang lainnya serahkan pada mereka sendiri urusan mereka. Mereka adalah: Al-Harits bin Asad al-Muhasibi, al-Junaid bin Muhammad, Abu Muhammad Ruwaim, Abbul Abbas bin ‘Atha’ dan Amer bin Utsman al-Maliki; sebab mereka telah memadukan antara ilmu dan hakikat.”

Pengarang ar-Risalah al-Qusyairiyyah selanjutnya mengatakan: ”Ada orang yang berkata kepada al-Junaid: ”Diantara ahli makrifat ada satu kaum yang mengatakan meninggalkan harakat (amal perbuatan) termasuk kategori berbuat baik dan takwa. Al-Junaid berkata: ”Ini adalah perkataan orang2 yang ingin meniadakan amal. Hal orang yang mencuri dan berzina pun masih lebih baik dari orang yang mengatakan hal tersebut. Kerana sesungguhnya orang2 yang arif (mengenal, sampai pada makrifat) kepada Allah akan memperolehi amal dari Allah dan beramal kepada Allah Taala. Andaikata aku hidup seribu tahun, aku tidak akan meninggalkan amal2 kebaikan sebiji zarah pun”.

Al-Qusyairi menambahkan bahawa Al-Wasithi berkata:”Mereka menjadikan adab yang jelek sebagai suatu keihklasan, kejahatan nafsu sebagai kesenangan, dan menjadikan keinginan yang hina sebagai sesuatu kekuatan. Mereka buta (tidak dapat melihat) jalan, dan menempuh jalan sempit. Tidak ada kehidupan yang dapat berkembang dibumi mereka, dan tidak ada ibadah yang bersih yang dipaparkan kajian2 mereka. Apabila berbicara, disertai dengan kemarahan, apabila dijak berbicara, bersikap sombong. Ketamakan mereka menunjukkan noda2 hitam pada bathin mereka. Mudah-mudahan Allah memerangi mereka. Bagaimanakah mereka dapat terpedaya?

Imam Al-Qusyairi membicarakan kedudukan ash-shiddiqun yang berkaitan dengan perbuatan dan yang berkenaan dengan hati, yaitu tentang hal2 dan maqam2nya. Mengenai hal2 berkaitan hati, ia menyebut: taubat, mujahadah, khalwat, uzlah, zuhud, lapar, meninggalkan syahwat, tawadduk, menentang nafsu, meningalkan hasad (dengki) dan ghibah, qanaah, hazan (sedih), syukur, sabar, muraqabah, ridza, ibadah, iradah, istiqamah, benar, malu, bebas dari perbudakan makhluk, dzikir, kemurahan hati, keperwiraan, dermawan,makrifat Allah, menjaga hati para syeikh, menjaga adab waktu, menjaga perkara fardhu dan melaksanakan sunnah-sunnah dan banyak lagi.


Berkenaan dengan kedudukan maqam2 yang berkaitan dengan hati, dan hal2 spiritual yang akan mendatangkan perbuatan2 atau yang murni dari kurniaan Allah: Kewalian, firasat, ikhlas, tawakal, yakin, raja; (harapan), khauf (takut), dan mengistimewaan fikiran dan perasaan dengan mendekat kepada Allah dan lainnya. Maqam-maqam ini boleh dicapai oleh para murid dalam masalah shiddiqiyyah an sich juga oleh para syeikh yang sempurnan.


Demikianlah sebahagian dari kata2  Al-Imam Qusyairi dalam kitab Ar-Risalahnya.


Bahagian Kedua. Maqam Shiddiqun


Firman Allah:” Hai orang2 yang beriman, bertaqwalah kepada Allah, dan jadilah kamu sekelian bersama ash-shiddiqun.” (at-Taubah: 19)


Kata siddiq bermula dari dua makna iaitu pertama sangat membenarkan dan kedua sangat benar.


Allah berfirman:
“Dan orang2 yang beriman kepada Allah dan RasulNya, mereka itu adalah ash-shiddiqun (orang2 yang sangat membenarkan) dan para syahid di sisi tuhan mereka, bagi mereka pahala dan cahaya…” (al-Hadid:19)


Mereka digelar ash-shiddiqun kerana tashdiq (pembenaran) atas keimanan mereka.


Rasulullah saw bersabda:
“Seseorang senantiasa benar dan memilih yang benar, hingga Allah mencatatnya sebagai shiddiq (orang2 yang sangat benar).


Kebenaran mereka dan berusaha untuk mencari yang benar, maka mereka menjadi shiddiqun.


Shiddiqiyah didasarkan pada makrifah (mengenal) Allah dan ibadah kepadaNya. Adapun rabbaniyah adalah shiddiqiyah yang disertai dengan ilmu, mengajar, nasihat, kesaksian atas makhluk, berhukum dengan apa yang diturunkan Allah, amar makruf dan nahi mungkar. Inilah tingkatan pewaris yang sempurna bagi Rasulullah saw yakni dalam hal ilmu, hal sifat, akhlak nabi, kecuali sifat2 khusus baginda, sifat2 kenabian dan sifat2 kerasulan. 


Dalam memperkatakan kelebihan maqam shiddiqun dan rabbaniyun , maka ketahuilah bahawa kedua maqam itu ada kedalaman iman, akhlak dan perangai yang mana pemilik maqam in memperolehi kedudukan yang tinggi di sisi Allah swt. Mereka adalah as-Saabiqun (pelopor dalam soal kebaikan) dan al Muqarrabun (orang-orang yang didekatkan kepada Allah).


“Dan as-sabiqun (orang2 yang terdahulu) itu adalah as-sabiqun. Mereka itu adalah al-muqarrabun (orang2 yang dihampirkan kepada Allah)” (al-Waqiah:10-11)


“Maka adapun jika ia dari golongan al-muqarrabin, maka (baginya) kelapangan, istirehat dan syurga kenikmatan. Dan adapun jika ia dari ashhabul yamiin (golongan kanan), maka keselamatan bagimu dari golongan ashhabul yamiin.” (al-Waqiah:88-89)


(Di sini hanya akan disentuh berkaitan maqam shiddiqiyah sahaja.) Dari nash-nash diatas jelaslah bahawa ash-shiddiqiyah merupakan perbuatan dan halehwal berkaitan hati. Pada dasarnya tashdiq (membenarkan) merupakan pekerjaan hati, sedangkan ash-shidqu (bersikap benar) adalah perbuatan yang berkaitan dengan lisan.


Contohnyan kita ambil sikap as-shiddiq Saidina Abu Bakar r.a. dalam melakukan tashdiq: Ketika dakwah Nabi saw sampai padanya, dia tidak menunda2 penerimaan sama sekali. Lihat pulak pada hari peristiwa Israk dan Mi’raj, ia bersegera mempercayai mendahului sahabat2 lain; Pada hari Hudaibiyah, ia segera menerima (perjanjian damai). Inilah pengaruh tashdiq, kerana tiada shiddiqiyahb tanpa adanya tashdiq.


Salim bin Abil Ja'd mengatakan: "Saya bertanya kepada Muhammad bin al-Hanafiyah: "Mengapa Abu Bakar didahulukan sehingga tidak ada orang lain yang disebutkan diantara kalangan mereka?" Ia menjawab: " Sebab ia adalah orang yang utama keislamannya ketika ia masuk Islam, dan terus  konsisten hingga Allah memanggilnya".


Oleh itu, kesimpulannya,  as-sabiqun, ash-shiddiqun, al-muqarrabun dan ash-shadiqun adalah berada dimaqam Shiddiqiyah. Mereka adalah orang2 yang memadukan iman dan amal soleh. Tidak ada iman kalau tidak ada shiddiqiyah. Mereka juga telah berjihad dengan jiwa dan harta-benda dijalan Allah. Ertiya shiddiq bersama Allah dalam berniat menjual jiwanya kepada Allah.


“Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang2 Mukmin jiwa2 mereka dan harta2 mereka, bahawa bagi mereka adalah syurga”. (at-Taubah: 111)


Sifat as-sabiqun telah diterangkan Allah dalam Surah al-Mukminun ayat 57-76.


"Sesungguhnya orang2 yang berhati2 lantaran takut kepada Tuhan mereka. Dan orang2 yang tidak membuat sekutu dengan Tuhan mereka. Dan orang2 yang memberikan apa yang mereka kerjakan, dengan hati yang takut, bahawasanya mereka akan kembali kepada Tuhan mereka. Mereka itu adalah orang2 yang bersegera di dalam (melakukan) kebaikan, dan kerenanya mereka mendahului".

الْحَمْدُ للّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ – وَاَللَّهُ أَعْلَمُ بِالصَّوَابِ


Rujukan:
Mencapai maqam shiddiqun dan Rabbaniyun – Almarhum Said Hawa.


Saturday 14 November 2009

Solat: Bacaan atau Gerakan?


Pada sahabat2ku…., anak2ku serta anak2 kepada sahabat2ku….izin  aku nulis sekilas bicara perihal perlaksanaan bacaan dan gerakan dalam solat.

Cuba kita renung dan ingat kembali perlaksanaan solat yang selama ini telah kita kerjakan. Yang manakah yang lebih kita tekankan, contohnya ketika perlaksanaan rukuk dan sujud? Bacaankah atau gerakannyakah? Maaf cakap..banyak daripada kita mengira ooih….keduanyanya sekalilah…tapi cuba ingat betul-betul..Yang mana satu tuu..Adakah rukuk dan sujud kita itu telah sempurna sebenar-benarnya? Ketika rukuk dan sujud tu adakah punggung kita telah lurus sehingga kalau diletakkan gelas berisi air pun tidak tertumpah? Adakah perlakuan kita itu melengkapi seperti hadith dibawah ini…

Abu Humaid As-Sai’di ra berkata: Aku mengingat solat rasulullah saw lebih baik drp sesiapa pun diantara kalian. Aku melihat Nabi saw mengangkat kedua tangannya sejajar dengan bahunya dan mengucapkan takbir, dan ketika rukuk nabi saw meletakkan kedua (telapak) tangannya di atas dua lututnya dan punggungnya membungkuk lurus, kemudian setelah bangkit dari rukuk Nabi saw berdiri tegak hingga semua tulang punggungya berada pada posisi normal. Ketika sujud, Nabi saw meletakkan kedua (telapak) tangannya di atas tanah dan menjauhkan lengan bahagian bawahnya dari tanah dan tubuhnya, dan jari jemari (kakinya) menghadap ke arah kiblat.  Ketika duduk pada rakaat kedua, Nabi saw duduk diatas kaki kirinya dan menyangga kakinya sebelah kanan; dan pada rakaat terakhir Nabi saw menekan kakinya sebelah kiri kedepan dan menopang kakinya sebelah kanan dan duduk di atas pinggulnya. (1:791-Shahih Al-Bukhari).

Sedar atau tidak sedar, bacaan bagi kebanyakan kita adalah “point” yang utama dalam solat. Kalau tertinggal sesuatu bacaan itu (bukan Al-fatihah lar) rasa macam tak berapa nak yakin. Pulak!! Cepat- lambat atau panjang pendeknya bacaan telah menentukan lamanya solat. Perpindahan dari satu gerakan ke satu gerakan yang lain ditentukan oleh selesainya bacaan…seolah-olah bacaan menjadi pelengkap dalam solat. Selesai rukuk dan bacaannya 3X, kita beriktidal..pun kita ucap bacaanya. Mudian menuju ke sujud sambil menghabiskan 3x bacaannya untuk bergerak ke duduk antara sujud menyampaikan 8 permohonan doa itu ..rabbiq’firli,warhamni dan seterusnya. Dan sambung menyambung hingga ke akhir salam. Nampak tu…bacaan yang kita dok gagahi.

Kebiasaan ini mungkin terjadi kerana mencontohi dari perlakuan solat berjamaah. Dalam solat berjamaah habis imam membaca AlFatihah dan surah pendek, imam akan bertakbir sebagai tanda kita harus rukuk. Lalu kita mengambil kesimpulan bahwa selesainya bacaan solat menjadi batas lamanya gerakan solat yang lainnya. Sememang ada perbezaannya! Ketika kita berdiri membaca Al Fatihah itu, bacaan itu adalah wajib. Meninggalkannya adalah batal! Sedang ketika rukuk, iktidal, sujud dan duduk , bacaannya adalah sunnah, yang wajib adalah gerakannya.

Jadi apa yang menentukan lamanya gerakan rukuk, iktidal, sujud dan duduk itu? Yang nilah yang kita kena pergi ngaji…bang ooi.. Bukan cepat-cepat dan udah habis 3x bacaannya tu..Siap. Mari lihat apa yang diajarkan oleh junjungan besar Rasulullah saw ketika memberikan perlatihan singkat kepada seseorang seperti hadith di bawah ini.

Abu Hurairah ra meriwayatkan:”Rasulullah saw masuk kemasjid dan seseorang mengikutinya. Orang itu mengerjakan solat kemudian menemui Nabi saw dan mengucapkan salam. Nabi membalas salamnya dan berkata, ‘Kembalilah dan solatlah kerana kau belum solat’. Orang itu mengerjakan solat dengan cara sebelumnya, kemudian menemui dan mengucapkan salam kepada Nabi saw. Baginda pun kembali berkata,”Kembalilah dan solatlah kerana kau belum solat”. Hal itu terjadi tiga kali. Orang itu berkata, ‘Demi Dia yang mengutuskan engkau dengan kebenaran, aku tidak dapat mengerjakan solat dengan cara yang lebih baik selain cara ini. Ajarilah aku bagaimana cara solat’. Nabi saw bersabda,”Ketika kau berdiri untuk solat, ucaplah takbir lalu bacalah (surah) dari Al-Quran kemudian rukuklah hingga kau merasa tenang (thuma’ninah). Kemudian angkatlah kepalamu dan berdiri lurus, lalu sujudlah hingga kau merasa tenang selama sujudmu, kemudian duduklah dengan tenang, dan kerjakanlah hal yang sama dalam setiap solatmu”. (1:724 – Shahih Al-Bukhari).

Melihat hadith diatas pasti kita menduga orang itu sudah mengetahui bacaan dan gerakan-gerakan solat. Tapi mungkin perlaksanaan dilakukan secara terburu-buru, sebab itu Nabi saw tidak mengajari bacaan dan syarat-syarat solat lainnya kepadanya. Nabi hanya memperbaiki solat orang tersebut. Baginda mengajarkan bahawa lamanya gerakan solat, khususnya rukuk, sujud dan duduk itu bukan ditentukan oleh selesainya bacaan tapi sampai kita merasa tenang.


Mungkin orang itu macam kita, hafal seluruh bacaan, tahu gerakan-gerakan solat dan lain-lain berkaitan dengan solat. Kita duk merasa kita hebat, pandai, alim dan sempurna dah solat kita. Ingat! Nabi dah beri contoh dah, tapi kita tidak sedar (seringkali) kerana kita selalu ndak cepat hatta bacaannya pun laju agar solat kita cepat selesai. Allahu Akhbar!! Ternyata solat macam itu bagi Nabi saw hanya seperti angin lalu saja. Sia-sia. Diulang berapa kali pun tidak ada gunanya. Udah berapa lama kita buat kerja macam ni..Adoih…Subhanallah!!

Sebenarnya Nabi saw hendak mengajar kita satu rukun yang sering dilupakan, Thuma’ninah. Thuma’ninah adalah diertikan sebagai berhenti sebentar dalam setiap gerakan sehingga seluruh tulang  dan persendian kembali pada posisi yang tepat dan tubuh terasa tenang. Dalam mazhab Syafie, thuma’ninah adalah termasuk dalam rukun solat. Jadi berjaga-jagalah dalam solat kita..kerana solat adalah tiang agama.

Wassalam.

Diculas sebahgian dari Dzikrullah.com. (Izinkan saya).

Friday 30 October 2009

PENGGANAS PRODUK MASYARAKAT MODEN BUKAN PRODUK MASYARAKAT ISLAM.

Kepada sahabatku Abang Hakim di Gurun....terima kasih. 

Apabila setiap masyarakat demokrasi keluar mengundi mereka amat berharap parti yang mereka pilih akan dapat menangani masa hadapan mereka. Sementara itu institusi perbankan yang menguasai kehidupan mereka terus berkuasa tanpa perlu diundi.  Manakala Islam dilabelkan sebagai pelopor keganasan dan pengganas yang menggugat demokrasi.

Sebagai umat Islam yang memahami keadaan ini kita tidak boleh berdiam diri. Kita perlu memisahkan diri kita daripada golongan yang mengorbankan nyawa manusia yang tidak berdosa atas nama jihad. Pada masa yang sama kita tidak merasa senang dengan label pengganas ke atas Islam. Media massa akan menunjukkan gambar-gambar mangsa dan sanak saudara mangsa yang berkabung dengan memegang lilin dan meletakkan kalungan bunga. Riben kuning sewaktu kedutaan Amerika Syarikat ditawan oleh Iran. Riben merah untuk mangsa AIDS (simpati dan menerima kebebasan seks). Inilah wajah-wajah masyarakat moden yang hilang kekuasaan (tidak ada kuasa) dan berdepan dengan manipulasi kerajaan moden.

Sebagai umat yang menerima panduan Ilahi melalui al-Quran dan Sunnah kita bertanggungjawab untuk menjelaskan kepada dunia, terutamanya umat Islam tentang kepalsuan budaya moden ini. Upacara meletakkan kalungan bunga dan memasang lilin ini bermula di Israel apabila Yizhak Rabin mati dibunuh. Perkara yang sama berlaku apabila Puteri Diana meninggal dunia. Ditokok pula dengan upacara bertafakur beramai-ramai untuk tempoh dua minit. Ini adalah syariat baru para atheis moden. Kerana pada hakikatnya masyarakat ini tidak benar-benar menghayati agama masing-masing.

Upacara bertafakur ini bukan sahaja benda yang nampak ringan yang boleh ditiru sewenang-wenangnya oleh umat Islam. Ini adalah upacara yang dilakukan pada setiap tahun di England untuk mengingati mangsa perang Dunia Pertama dan Kedua. Ianya satu lagi syariat atheis moden. Upacara yang tidak memberi sebarang menafaat ini adalah ciptaan Sir Edwin Lutyeans. Sebenarnya Perang Dunia telah menghancurkan budaya Kristian untuk selama-lamanya dan diganti dengan budaya atheisme.

Perlulah kita menyedari kehidupan moden yang berasaskan sains dan teknologi pada hari ini adalah satu cara hidup yang sebenarnya tidak seimbang. Peperangan demi peperangan di zaman moden ini yang telah membunuh jutaan manusia dilakukan oleh hanya satu golongan elit manusia yang tidak terlibat secara langsung dengan peperangan mereka itulah golongan elit Yahudi. Perang Dunia telah menghancurkan institusi beraja di Eropah dan juga Khalifah Uthmaniah dan menggantikannya dengan sistem demokrasi ala-Amerika Syarikat. Pada hari ini upacara meletakkan kalungan bunga pada tugu yang sebenarnya melambangkan kehancuran ethos Kristian dan Islam itu diamalkan oleh setiap pemimpin negara diseluruh dunia. Kehancuran ethos Kristian dan Islam ini digantikan dengan ugama baru yang etheistik iaitu Demokrasi dan Hak-hak Asasi Kemanusiaan.

Hari ini kita melihat masyarakat atheis hari ini yang tidak tahu beribadat berada dalam suasana tidak berdaya setiap kali bom pengganas mengambil puluhan nyawa ahli keluarga mereka.

Dan seperti biasa mereka akan mempersalahkan al-Qaeda.

Persoalannya siapakah yang mendapat menafaat dari keganasan ini. Pernahkah kita bertanya? Sebenarnya keganasan dan pengganas tidak dapat dipisahkan dari ethos modernisma. Wang yang digunakan untuk membiayai kemusnahan adalah wang kertas ciptaan dunia moden. (kerana wang tradisi adalah duit emas dan perak). Sementara teknologi kemusnahan juga adalah ciptaan ethos moden yang etheistik. Rasul saw pernah menerima keislaman seorang yang kaya tetapi tidak menerima pendapatannya yang diperolehi secara riba. Jadi wang kertas (ciptaan sistem riba moden) tidak boleh digunakan untuk membiayai sebarang perjuangan Islam. Di dalam satu wawancara dengan BBC seorang pengganas berulangkali menyebut ‘gerakan jihad antarabangsa’, dan ini menggambarkan seolah-olah perbuatan keganasan ini adalah satu rancangan yang teratur dari sebuah organisasi Islam Sedunia. Kita tidak boleh menerima tindakan membunuh manusia yang tidak berdosa sebagai mewakili umat Islam. Undang-undang jihad adalah sangat ketat. Jihad ada rukunnya. Pertama jihad memerlukan seorang Amir yang diiktiraf oleh sebilangan besar umat. Kedua, Panji-panji Islam mesti diangkat tinggi. Dalam erti katalain membebaskan tanah air atau menentang sebuah kerajaan kuffar bukanlah satu jihad. Ketiga, jihad hanya dilakukan selepas masyarakat kuffar diseru untuk menerima Islam dan jika enggan mereka diminta untuk membayar jizyah dan jika enggan barulah diperangi. Selepas peperangan Badar, al-Quran tidak membenarkan jihad sekiranya ratio tentera Islam kurang daripada 1:2.

Pada hari ini kerajaan negara kafir telah menggunakan keganasan sebagai alasan untuk membunuh umat Islam. Dalam keadaan kapitalisma hari ini dimana orang kafir mendapat semua kesenangan dunia maka ianya tidak susah untuk mana-mana puak zionis atau fasis untuk mendapatkan beberapa kerat manusia Islam yang dalam keadaan kecewa dan penuh emosi kebencian akibat daripada keadaan yang dialami mereka untuk menjadi pemusnah pengganas. Harus kita ingat bahawa  para pengganas ini adalah sebahagian dari produk umat manusia moden yang berdiam diri, keliru, yang memegang lilin berkabung, yang telah tidak lagi menghayati agama mereka dengan sebenar-benarnya, yang kehilangan arah, tiada pemimpin, yang diperkotak katik oleh kuasa kewangan politik. Jadi para pengganas ini adalah produk budaya moden yang atheistik. Mereka  bukan dari umat Islam yang sebenar.

Wahai manusia! Takutlah Allah yang mencipta kamu daripada seorang insan. Dan yang mencipta isterinya daripada tubuh insan itu sendiri. Dan dari kedua-duanya diciptakan manusia yang ramai dari kaum lelaki dan wanita.Bertakwalah kepada Allah yang kamu sebut namanya sewaktu kamu meminta satu sama lain dan sewaktu kamu berkasih sayang diantara satu sama lain. Dan Allah sentiasa memerhatikan kamu.
Surah An Nisa, Ayat 1.

Wahai manusia sembahlah Tuhan mu! Yang mencipta kamu dan mereka yang sebelum kamu agar kamu bertakwa. Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan kamu dan langit sebagai kubahnya dan yang menurunkan air dari langit dan mengeluarkan darinya buah-buahan sebagai rezeki  untuk kamu. Dan janganlah kamu mengada-adakan yang lain dari Allah sebagai Tuhan
Surah Al Baqarah, Ayat 21 – 22

Jika Allah mahu dia boleh hapuskan kamu, dan mendatangkan umat lain. Dan Allah berkuasa berbuat demikian..

Surat An Nisa, Ayat 133

Wallahu a’alam. Assalamualaikum.

Rujukan : Spain : Civil War and Ismai’ili War , Shaykh Abdal Qadir as Sufi

Nota :

Al Qurtubi (w.1273) seorang mufassir yang muktabar telah memberikan penafsiran Surah An Nisa  Ayat 59 seperti berikut :

Wahai orang yang beriman, taatilah Allah, taatilah Rasul dan Ulilamri (pemerintah) dari kalangan kamu ……

Di dalam ayat ini, menurut Qurtubi, taat kepada ulilamri adalah dengan pelaksanaan tujuh perkara :

  1. Penempaan Dinar Dirham.  2. Penetapan timbang sukat (berat dan ukuran) 
3.   Keadilan perundangan   4.  Haji   5. Jumaat   6. Penetapan dua hari raya (eid)
  1. Jihad

Oleh itu penempaan Dinar dan Dirham telah menjadi keutamaan pihak pemerintah untuk memerintah dan ditaati.

Friday 23 October 2009

Ilmu anugerah Allah

Penguasaan manusia tentang ilmu tidak hanya terbatas pada ilmu agama (akhirat) tetapi juga mencakupi ilmu-ilmu lain yang bersifat keduniaan. Pada dasarnya semua ilmu yang ada pada makhluk yang dijeniskan manusia adalah milik Allah jua sehingga tidak sukar bagi Allah swt untuk menganugerah segala macam ilmu tersebut. Kekadang ilmu itu perlu dicari, dipelajari dan digali hatta melibatkan wang-ringgit, jarak masa dan waktu. Kekadang pula ilmu itu dengan mudah diperolehi tanpa perlu dicari, dipelajari ataa digali. Inilah ilmu anugerah Allah swt yang hanya diperolehi oleh insan pilihanNYA.

Ramai ulama-ulama terdahulu dianugerahkan Allah akan ilmuNYA dan dengan ilmu tersebut mereka menulis kitab-kitab muktabar yang hingga kini masih diajari kerana ketinggian isi ilmu tersebut. Mereka menulis kitab-kitab bukan hanya berkisar pada hukum-hakam yang disebut ilmu fekah bahkan menjangkau pada ilmu-ilmu yang tinggi dan mendalam yang sukar difahami yang memerlukan guru untuk ditafsir untuk mencapai tahap ilmunya. Ilmu-ilmu tersebut menjirus kepada ilmu tasawwuf, hakekat dan makrifat. Contoh seperti kitab Syarah Hikam oleh Ibnu 'Atailah dan banyak lagi oleh ulamak-ulama lain seperti Imam AlGhazali dan sebagainya.

      Begitu juga dengan ulama nusantara seperti Syeikh Daud Fathani, Syeikh Arshad Albanjari, Syeikh Abdul Samad Falimbani, Syeikh Muhammad Nafis, Syeikh Abd Rauf Singkli, Hamzah Fansuri dan ramai lagi ulama terbelakang dari mereka. Sesatkah taraf dan tahap keilmuanan mereka dalam menghabiskan masa mengarang kitab-kitab tertentu untuk syiar islami ketika itu? Kemudian ramai dari mereka dituduh sesat pulak, menyeleweng dan sebagainya oleh orang-orang tertentu yang mengaku bijak pandai dalam halehwal agama masakini. Bolehkah yang menuduh itu berbuat satu kitab seumpama mereka?...Jangan hanya tau mencari kesalahan orang atau tidak faham maksud tesirat disebalik zohir ayat yang memerlukan kupasan yang mendalam sesuatu permasaalahan itu. Siapa yang sesat sebenarnya???

Mengapa jadi demikian?

Jawabnya kerana yang tiada merasa sesuatu itu tidak akan tahu sesuatu, maka sesuatu yang tidak tahu bukan dicari atau dipelajari hanya dicapkan atau dituduh sahaja dengan kata-kata :

Bidaah
Zindik

Allah berfirman : “Apa yang Aku beri ilmu itu hanya sedikit.” Lantas dari itu Nabi saw berkata “ Carilah ilmu walaupun ke negeri China sekalipun.” Kata-kata tuntut cari ilmu itu adalah dorongan Nabi saw, maka ilmu dunia untuk dunia dan ilmu akhirat untuk akhirat, oleh kerana itu ilmu akhirat itu pokok segala yang penting pada manusia. Ilmu dunia adalah cabang, dahan, bunga dan buah. Maka tidak ada bunga dan buah sekiranya tidak ada pokok. 

Seluas-luas dan setinggi manapun ilmu dunia tidak akan memberi kesan di akhirat dan tidak memberi pertolongan juga di akhirat. Dan adapun kitab-kitab karangan ulama-ulama pun semuanya berkisar pada ilmu akhirat yang ilmu mereka diperolehi dari titik peloh mereka sendiri belajar, mengaji, berguru dan mengembara mencari ilmu juga anugerah Allah pada mereka. Mereka telah melepasi “rasa” ilmu itu dan mana mungkin mereka mereka-reka untuk menyesatkan orangramai.

Anggota mulut yang dianugerah Allah bukan hanya untuk bertekak, menuduh dan sebagainya. Akal pemikiran pula bukan hanya untuk mengatakan apa yang benar dan apa yang salah sahaja. Kekadang diam sahaja dengan apa yang kita tahu itu lebih baik. Yakini apa yang kita fahami dan amalkan apa yang kita yakini dan jangan kita lalai melupaiNya walaupun sesaat. Kerana masing-masing akan mati dengan membawa ilmu masing-masing.

Biasanya manusia yang memperhambakan dirinya pada ALLAH ia akan sering difitnah dan diuji untuk mencapai ke sesuatu makam atau mertabat di sis Allah swt. Contoh seperti Almarhum Haji Ahmad Laksamana. Datuknya sendiri Almarhum Tuan Guru Haji Othman Yaakub yang pernah mendapat didikan dari Tok Kenali dan Tok Kemuning, pernah berwasiat padanya seperti yang ada pada buku karangannya Hakekat Insan:

“Bongsu, aku tegaskan padamu apa saja yang ada padaku adalah sama dengan ilmu yang ada pada dadamu, pegangilah ianya walaupun sejuta manusia menuduh kamu kafir, gila dan fasik, sesungguhnya ilmumu dan ilmuku adalah benar.”

Secara umumnya ilmu Allah terbagi dalam tiga kelompok yaitu (a) ilmu kalam; (b) ilmu ghaib, dan; (c) ilmu syahadah.

Berkaitan dengan ilmu kalam, Al-Quran dalam Surah Al Alaq ayat 3-5 menerangkan “Bacalah bahwa Tuhanmu Amat Pemurah yang mengajar kamu dengan (ilmu) kalam dan Tuhanmu mengajar kepada manusia apa-apa yang tidak diketahuinya”.

Sedang mengenai ilmu ghaib dan ilmu syahadah diterangkan dalam Al Quran, Surah Al Hasyr ayat 22 yang bermaksud “Dialah Allah, yang tiada tuhan kecuali Dia, Mengetahui yang (ilmu) ghaib dan (ilmu)syahadah. Dia Maha Pengasih lagi Maha Penyayang”.

Dalam bukunya Hakikat Insan, Haji Ahmad Laksamana bin Omar menerangkan pengertian masing-masing ilmu tersebut sebagai berikut:

Ilmu Kalam adalah suatu ilmu yang dipelajari oleh manusia biasa bagi tujuan untuk memahami sesuatu di alam ini. Ilmu tersebut difahami dan diterima oleh pancaindera kita yang tujuh. Ilmu kalam diajar di sekolah secara formal atau informal dalam masyarakat dan makhluk manusia dalam kehidupan sehari-hari.

Ilmu ghaib adalah merupakan suatu ilmu yang dapat menerangkan sesuatu yang tidak dapat diterangkan oleh ilmu kalam. Ilmu ghaib hanya dapat diajar sepenuhnya oleh guru ghaib(batin) dan tidak dapat diajarkan oleh guru zahir. Biasanya guru ghaib (batin) yang mengajarkan ilmu ghaib ini adalah terdiri dari wali-wali Allah, para nabi dan rasul-rasul. Ilmu ghaib biasanya hanya diajar dan diperoleh oleh orang-orang tertentu saja yaitu orang-orang yang dianugerahkan oleh Allah untuk menerimanya atau kepada orang-orang yang sedang menjalani jalan hakekat dan makrifat melalui jalan tasawuf atau sufi. 

Ilmu ghaib adalah suatu ilmu yang pengetahuannnya amat luas sekali sehingga tidak tercapai oleh daya pemikiran manusia. Daya pengetahuan ilmu ini adalah terlampau amat luas. Baik dibidang dunia, alam ghaib dan di semua bidang-bidang yang berkaitan dengan ketuhanan dan diri manusia. Pendek kata ilmu ghaib ini adalah suatu ilmu yang meliputi alam shoghir atau alam kabir.

Ilmu syahadah adalah suatu ilmu yang paling tinggi didalam tingakatan pelajaran ilmu Allah yang dapat dikuasi oleh manusia. Ia merupakan martabat ilmu yang tertinggi. Ilmu ini adalah suatu ilmu makrifat dan syahadah secara sebenar-benar kepada Allah swt. Ilmu ini, Tuhan sendiri akan mengajar manusia mengenai diriNya. Dengan lain perkataan bolehlah ditegaskan disini bahwa ilmu syahadah adalah ilmu untuk menyatakan diri Allah itu sendiri. Hanya orang-orang yang mencapai martabat ilmu ghaib yang paling tinggi saja yang dapat menguasai ilmu syahadah ini.

Jika ilmu qalam diajar guru zahir dan ilmu ghaib diajar oleh guru-guru ghaib maka ilmu syahadah hanya boleh diajar oleh guru batin saja yaitu diri batin kita sendiri yang telah mencapai makrifat kepada Allah. Dengan lain perkataan Tuhan sajalah yang mengajar diri kita akan rahasia ilmu ini.

Memang hanya orang-orang pilihanNYA yang dapat mencapai tingkat penguasaan ilmu yang demikian. Sebab untuk dapat menguasai ilmu-ilmu tersebut (ilmu ghaib) seseorang perlu menyucikan jiwanya dengan mengamalkan kaedah-kaedah tarekat. Yaitu jalan menuju kepada Allah SWT dan dengan cara jalan mengenal diri mengikut kaedah-kaedah tasawuf atau jalan-jalan orang sufi. 

Orang yang mencapai tingkat ilmu seperti itu terlebih dahulu telah membersihkan diri dan jiwa raganya. Makin suci hati seseorang itu dengan Allah semakin tinggilah tahap penerimaan ilmu ghaib ini. 

Firman Allah dalam AlQuran, Surah Attaghaabun ayat 11 yang bermaksud: “Dan barang siapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberikan petunjuk kepada hatinya. Allah Maha Mengetahui setiap sesuatu”.

Penguasaan ilmu yang sedemikian luas dan mendalam tersebut InsyaAllah terjadi bagi siapapun yang telah sampai makrifah kepada Allah. 

Sebagaimana perkataan Arifin Billah:
“Barang siapa yang telah mengenal Allah, maka tidak ada sesuatu apapun yang tersembunyi baginya”.

Allah akan memberikan anugerah kepada mereka Ilmu Ladunni, yaitu ilmu yang diilhamkan oleh Allah kedalam hati hambanya dengan tanpa perantaraan. Ilmu ini akan tetap bersemayam, tidak akan hilang dan tidak akan lupa.

Menurut Abu Yazid Al Busthami dan para masayikh lainnya, orang yang mempunyai ilmu yang demikian itu adalah orang yang alim sebenarnya. Bukannya orang yang alim itu adalah orang yang proses mendapatkan ilmunya dengan cara menghafal dari kitab-kitab, apabila yang dihafalkan lupa, maka dia bodoh dan tidak mengerti. 

Sesungguhnya orang yang alim adalah orang yang mengambil ilmunya langsung dari Tuhannya, pada waktu yang dikehendaki dengan tiada sebab menghafalkan dan belajar, maka orang yang demikian itu di sebut Al-Alim Al-Robbany. Sebagaimana telah diisyaratkan didalam firman Allah dalam Al Qur’an:

“Kami telah memberikan pengetahuan (kepadanya) berupa ilmu dari sisi-Ku”

Maksudnya adalah tanpa wasitoh (perantaraan) apapun dalam mendapatkan ilmu. Apabila dalam mendapatkan ilmu dengan proses belajar kepada makhluk, maka tidak disebut ilmu ladunni. Karena ilmu ladunni itu terbuka di dalam sir hati tanpa ada sebab yang menghasilkan dalam kenyataannya.

Adapun pada maqam ini, akan melihat segala hal baik yang dlahir maupun yang batin, dan akan terbuka segala hakikat sesuatu dengan cahaya yang nyata yang telah dianugerahkan Allah, tiada terlindung seberat zarrah pun segala alam ini dengan sesuatu yang sesuai dengan keadaannya, dan sesuai anugerah Allah yang diberikan kepadanya. Yang demikian itu, tidak dapat dicari dan tidak dapat dikehendaki oleh siapapun, seperti penjelasan dalam Al Qur’an:

“Sekalian kami anugerahi mereka dan mereka mendapatkan dari pemberian Tuhanmu, dan pemberian Tuhanmu tiada terhalang”

Dan pada maqam ini, mereka mendengar akan segala perintah, baik melalui lidah batin maupun lahir, yaitu khatir di dalam hatinya, baik itu dari tempat yang jauh maupun di balik gunung qaf sekalipun, semua seruan atau perintah dapat didengarnya, karena pendengarannya meliputi alam semesta. Dan diterangkan dalam hadits bahwasanya alam semesta ini ada pada genggaman para Auliya’ seperti telapak kaki jua dengan semata-mata anugerah Allah dan Rahmat-Nya.

Dalam buku Hakikat Insan dijelaskan “Bagi mereka yang dapat menguasai dan menyelami sendiri alam ghaib maka pasti mereka dapat menjelajahi seluruh alam maya. Tujuh petala langit dan tujuh petala bumi. Mereka juga diberi peluang untuk menjelajahi di alam lain termasuk alam ruh, syurga dan neraka, arasy dan kursi Allah swt dan ini bermakna mereka yang sampai ke martabat ini dapat menerokai ke suatu alam yang jauh keluar daripada garis tahap fikiran manusia”.

Sesungguhnya ilmu hakekat dan ilmu makrifat adalah ilmu rasa..
Setakat hendak rasa saja belum cukup…
Mesti nak kena ada rasa dalam rasa itu…
Dan sebenarnya manusia itu tiada rasa…
Hanya Allah lah yang memberi rasa...
Kerana DIA yang punya rasa…