Nawaitul arba’in..
Nawaitul ‘uzla
Nawaitul khalwat
Nawaitul i’tikaf
Nawaitul suluk
Nawaitur riadha lillahi ta’aala…
Apakah ada peradaban yang lebih baik dari Islam ?
Jawabnya : “Tidak !!
Lalu apa kunci Rasulullah saw hingga mampu membangunkan suatu peradaban baru hanya dalam tempuh waktu 23 tahun..?
Kunci dan rahsianya seperti diterang dan diungkapkan dalam surat Al Baqarah : 151 :
“Sebagaimana Kami telah mengutus seorang Rasul kepadamu, yaitu salah seorang diantaramu, yang membacakan ayat2 Kami kepadamu, membersihkan kamu (dari kelakuan yang tidak baik) dan mengajarkan Kitab dan Hikmat kepadamu; dan lagi mengajarkan apa2 yang belum kamu ketahui”.
Tugas yang dipikulkan pada Rasulullah saw :
1. Membacakan ayat-ayatNya kepadamu (Tilawah)
2. Mensucikan kamu (Tazkiah)
3. Mengajarkan kepadamu al-Kitab dan al-Hikmah serta apa-apa yang belum kamu ketahui (Ta’lim).
Baginda saw menjalankan 3 tugas utama :
Tilawah, membacakan ayat-ayat Allah. Memperkenalkan kepada orang-orang tentang adanya petunjuk ‘langit’ dan meyakinkan mereka tentang kebenaran ayat-ayat ‘langit’ itu.
Tazkiyah, mensucikan jiwa pengikutnya. Tanpa kesucian jiwa maka makna ayat-ayat yang dibacakan tak akan terfahami dengan baik, tak juga ayat-ayat itu terasakan sebagai penggerak oleh seseorang untuk mengamalkannya.
Ta’lim, mengajarkan ketentuan-ketentuan Allah (hukum, kitab) juga dan manfaat dari ketentuan-ketentuan tersebut (hikmah) serta apa-apa yang belum diketahui umat.
Sekarang ini fungsi TILAWAH (membaca ayat2 Al Quran) telah banyak tergantikan oleh berbagai media. Kalau dulu hanya dibacakan oleh orang, sekarang ayat-ayat telah dibukukan, dikasetkan, diCD/VCD kan, di-digitalkan. Orang dapat mengaksesnya secara langsung. Untuk membacanyapun sudah banyak tersedia kursus-kursus yang dapat melatihkannya dengan berbagai metode yang sangat cepat. Dan ada yang menganjurkan akan pertandingan TILAWAH itu sendiri. Fikir2kanlah sendiri.!
Fungsi TA’LIM (mengajarkan) masih terus berjalan, bahkan masih banyak ustadz yang memimpin majlis-majlis Ta’lim, baik langsung maupun menggunakan kaedah2 moden dan berteknologi melalui radio, tv dan internet. Dipondok2, surau2 dibacai akan kitab2 lama tulisan ulamak2 lama. Alhamdulillah masih ada lagi jiwa2 manusia yang mau kearah itu kalau nak dibandingkan dengan program2 keduniaan yang pengikutnya bukan sedikit.
Yang jadi masalah adalah fungsi TAZKIYAH (mensucikan). Bunyi yang cukup mudah tapi perlaksanaannya belum tentu dapat. Rasulullah SAW mentazkiyah qalbu dan jiwa para sahabat sebelum menta’lim mereka, jadi para sahabat jiwa dan qolbunya dibersihkan / disucikan terlebih dahulu baru kemudian diberi ajaran kebenaran.. Jiwa sahabat sudah tersucikan lebih dahulu sebelum mendapatkan Ta’lim.
Apa yang dikatakan membersihkan jiwa itu?
Pertama: Kita harus Mengenal Diri kita. Jangam senyum, dah! Sebab bila kita sebut menyucikan diri maka macam2 yang datang masuk ke kepala otak manusia. Nak bawa orang masuk bertarekat lah nih! Macam2lah lagi. Tak percaya sebutlah perkataan itu pada mereka itu….Sebenarnya yang itu pun sebahgian daripadanya baru boleh meneruskan pada tahap kedua.
Kedua : Mengisi Diri kita melewati pembersihan (tazkiyah) dengan tiga tahapan:
· 1. Pembersihan Aqidah iaitu melalui pemahaman akan segala yang terkandung dalam Rukun Iman. Ini adalah asas utama.
· 2. Pembersihan Dengan Menjalankan segala perintah Allah SWT dan meninggalkan segala laranganNya. Disifatkan pada perlaksanaan akan Rukun Islam yang lima itu. Dari sini berlaku perlakuan2 bersifat lahiriah dan batiniah.
· 3. Dan menjalankan Sunnah-sunnah Rasulullah saw.
Firman Allah SWT: Yang bermaksud:
"Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya, sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya rugilah orang yang mengotorinya".
[Asy-Syams : 7-10]
Dizaman semasa hayat Rasulullah saw para sahabat mendapat Tazkiyah terus dari baginda secara langsung. Sebenarnya Rasulullah SAW mendapat Tilawah, Tazkiyah dan Ta’lim dari malaikat Jibril, Kemudian para Sahabat mendapatkannya dari Rasululah saw. Lepas itu para tabi’in dari para Sahabat.. begitu seterusnya proses Tazkiyah ini berjalan.
Pertanyaannya sekarang siapa yang mentazkiyah diri kita disaat dan di kala zaman ini ?
Untuk Tilawah kita dapat mempergunakan berbagai multi media di mana ayat Quran banyak tersebar dengan harga murah. Kaset qari2 tempatan dan Asia Barat dijual di sana sini juga boleh jugak di"downloadkan" dari internet. Sudah menjadi adat masyarakat Islam di nusantara macamana sekalipun akan menghantar anak2 mereka untuk mengaji Quran. (bahasa yang seringkali diucapkan) samada di rumah tok2 guru (dulu), atau kat rumah ustadz / ustazah atau juga kat surau2 berhampiran. Dewasa ini sudah banyak kelas2 hafiz Quran didirikan di pelusok negara. Untuk peringkat kebangsaan sudah ada Akademi Al-Quran yang melahirkan hafiz2 dan hafizah2.
Untuk Ta’lim, kita dapat mendatangi majlis ta’lim,halaqah, liqa’ dan ma’bit; menjumpai para ustadz dan murabbi. Alhamdulillah, masjid2 dan surau2 menganjurkan majlis seperti ini saban minggu. Ada yang ramai mengikutinya dan begitulah sebaliknya. Kekadang kita lihat masyarakat sekarang mengikut mood…sebab mereka lihat ustadz mana dan kitab apa yang dibaca. Kekadang tempat itu sendiri memainkan peranan. Malas nak cakaplah di sini tapi faham2 ajalah. Soalannya….(maaflah) apakah yang dibaca dan diajari itu benar2 masuk ke benak hati dan bersedia untuk dipraktikkan atau sekurang2nya difahami atau menerimanya sebagai suatu ilmu. Tapi semua itu KALAU kita lakukan dengan qalbu yang kotor karena tidak mengalami Tazkiyah terlebih dahulu macamana pulak?!..
Adakah para ustadz atau kyai ataupun syeikh itu dapat mentazkiyah kita ?
Apakah para murabbi kita juga telah tersucikan jiwanya sehingga mampu mentazkiyah kita? Kata orang jangan cakap tak serupa bikin. Itulah kita kita kena pilih guru itu betul2.
Kadang kita katakan, tak perlu tazkiyah secara formal, lakukan saja ibadah dengan ikhlas dan tekun, nanti jiwa akan tertazkiyah sendiri. Betulkah? Bagaimana kita dapat ikhlas kalau belum tazkiyah. Bagaimana akan termotivasi dan tekun beribadah, kalau masih ada kotoran-kotoran jiwa ? Jadi berputar-putar.. pi mai pi mai tang tu. Untuk tazkiyah perlu ibadah, tapi untuk ikhlas dan tekun beribadah diperlukan tazkiyah lebih dahulu…
Mungkin banyak yang berpendapat tak perlu ada Tazkiyah secara formal, juga tak perlu ada orang yang mentazkiyah kita. Itu semua karena kita belum mengetahui pentingnya dua hal itu. Kalau soalannya belum terjawab dan pakai “redas” sahaja itulah menyebabkan ramai umat masakini telah jauh tersasar dari landasan Islam yang sebenar. Hanyut dan lupa diri. Puak2 yang ramai dan semakin ramai ini bagi setengah pihak tidak apa tapi sayang kenapa puak yang mahu pada agama dituduh macam2. Sesat, menyeleweng bahkan sampai tahap pengganas yang mesti dimusuhi. Bab akidah jangan buat main2.
Tapi harus kita ketahui, siapa yang mentazkiyah kita saat ini ?
Kadang kita terlalu angkuh dan sombong dengan mengatakan tak perlu tazkiyah dari orang yang mentazkiyah, karena hubungan kita dengan Allah SWT bersifat langsung dan individual, tak memerlukan perantara. Tapi betulkah kita, dengan segala kekotoran kita dapat terhubung langsung dengan Allah? Bukankah Rasulullah saw sebelum mikraj pun ditazkiyah dulu qalbunya oleh Malaikat Jibril ?
Masukilah rumah lewat pintunya. Pelajarilah agama melalui sumbernya. Celeklah sebelum dipejamkan bijik mata. Seraplah cahaya Ilahiah melalui salurannya. Ertinya nak dapat ilmu dan mempraktikkanya mestilah berguru. Jangan bergurukan syaitan!
Kesimpulannya mendapatkan seorang Wali Mursyid itu adalah perlu dan wajib sesuai dengan Al Quran surat Al Kahfi ayat 17 diatas Kita tidak akan pandai tanpa guru (bukankah siapa yang belajar tanpa guru, maka gurunya adalah syaitan). Jiwa takkan terbersihkan tanpa ada yang mentazkiyahnya.
Tapi jangan jadikan sembarangan orang untuk kita jadikan mursyid. Jangan tersalah pilih akan guru yang bakal membantu kita ke jalan yang terang lagi tersuluh itu. Bagaimana ia akan mentazkiyah diri kita kalau diapun belum tersucikan jiwanya. Dia pun dua kali lima persis dengan kita.. Carilah murid yang berkualifikasi wali. Bukan wali murid, atau wali nikah, akan tetapi Wali Allah.
Aku sunting-tambah dari buah fikiran penulis asal, harap maaf dan jutaan terima kasih moga isi yang ditambah tidak lari dari tajuk asal.
الْحَمْدُ للّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ – وَاَللَّهُ أَعْلَمُ بِالصَّوَابِ –
Rujukan:
http://sendy-master.blog.friendster.com/2008/11/wali-mursyid-pembimbing-jalan-ruhani-menuju-ilahi-pewaris-tugas-rasulullah-saw/