Friday, 5 June 2009

Sebuah penerbangan 747 ke destini al-Barzakh


Dari milis Fisopat, kiriman saudara Luki Setadi. (Maaf ada sedikit perubahan..izinkan)
INFORMASI PENERBANGAN 747 AL-JENAZAH AIRLINES LAYANAN PENUH 24 JAM


Bila kita akan 'berangkat" dari alam ini ia ibarat penerbangan ke sebuah negara. Dimana informasi tentangnya tidak terdapat dalam brosur penerbangan, tetapi melalui Al-Qur'an dan Al-Hadist.


Dimana penerbangan bukannya dengan Malaysia Airlines, Singapore Airlines, atau Garuda Airlines, tetapi Al-Jenazah Airlines.

Dimana bekal kita bukan lagi tas seberat 23Kg,
tetapi amalan yang tak lebih dan tak kurang.

Dimana bajunya bukan lagi Pierre Cardin, atau setaraf dengannya,
akan tetapi kain kafan putih.

Dimana pewanginya bukan Channel atau Polo ataupun Poison,
tetapi air biasa yang suci.

Dimana passport kita bukan Malaysia , Indonesia atau American,
tetapi Al-Islam.
Dimana visa kita bukan lagi sekedar 6 bulan,
tetapi 'Laailaahaillallah'

Dimana pelayannya bukan pramugari jelita,
tetapi Izrail dan lain-lain.

Dimana servisnya bukan lagi kelas business atau ekonomi,
tetapi sekedar kain yang diwangikan.

Dimana tujuan mendarat bukannya Kuala Lumpur, Jakarta
atau Jeddah International, tetapi tanah perkuburan.

Dimana ruang menunggunya bukan lagi ruangan berAC dan permadani,
tetapi ruang 4x7 kaki, gelap gulita.

Dimana pegawai imigrasi adalah Munkar dan Nakir,
mereka hanya memeriksa apakah kita layak ke tujuan yang diidamkan.
Dimana lapangan terbang transitnya adalah AlBarzah

Dimana tujuan terakhir apakah Syurga
yang mengalir sungai di bawahnya atau Neraka Jahannam.

Penerbangan ini tidak akan disabotaj atau dibom,
karena itu tak perlu dibimbangi.

Sajian tidak akan disediakan, oleh karena itu tidak perlu merisaukan
masalah alergi atau halal haram makanannya.

Jangan risaukan tangguhan, pembatalan, atau kelewatan
kerana penerbangan ini senantiasa tepat waktunya,
ia berangkat dan tiba tepat pada masanya tanpa tertangguh seminit jua

Jangan pikirkan tentang hiburan dalam penerbangan,
kerana anda telah hilang selera bersuka ria.

Jangan bimbang tentang pembelian tiket,
ianya telah siap di booking sejak anda ditiupkan ruh didalam rahim ibu.

YA! BERITA BAIK!! Jangan bimbangkan siapa yang duduk bersebelahan anda.
Anda adalah satu-satunya penumpang penerbangan ini.

Oleh karena itu bergembiralah selagi bisa! Dan sekiranya anda bisa!

Hanya ingat! Penerbangan ini datang tanpa' Pemberitahuan' .

Cuma perlu ingat!! Nama anda telah tertulis dalam tiket untuk Penerbangan.

... Saat penerbangan anda berangkat... tanpa doa Bismillahi Tawakkaltu 'Alallah, atau ungkapan selamat jalan. Tetapi Innalillaahi Wa Inna ilaihi Raaji'uun....

Anda berangkat pulang ke Rahmatullah. Mati.

ADAKAH KITA TELAH SIAP UNTUK BERANGKAT? '

Orang yang cerdas adalah orang yang mengingat kematian. Karena dengan kecerdasannya dia akan mempersiapkan segala perbekalan untuk menghadapinya.

' ASTAGHFIRULLAH 3X, semoga ALLAH SWT mengampuni kita beserta keluarga... Amii.

WALLAHU A'LAM

Catatan: Penerbangan ini berlaku untuk segala umur...tanpa kecuali, maka perbekalan lebih baik dipersiapsediakan.....sangat tidak bijak dan tidak cerdas bagi yang menunda-nunda mempersiapkan perbekalannya.

Yang Akan Ikut Mayat Adalah Tiga perkara yaitu:
1. Doa Keluarga 2. Hartanya 3. Amalnya

Ada Dua Yang Kembali Dan Satu akan Tinggal Bersamanya yaitu; 1. Keluarga dan Hartanya Akan Kembali 2. Segala Amalnya Akan Tinggal Bersamanya.

Maka ketika Roh Meninggalkan Jasad...Terdengarlah Suara Dari Langit Memekik,

"Wahai Fulan Anak Si Fulan..
Apakah Kau Yang Telah Meninggalkan Dunia, Atau Dunia Yang Meninggalkanmu

Apakah Kau Yang Telah Menumpuk Harta Kekayaan,
Atau Kekayaan Yang Telah Menumpukmu

Apakah Kau Yang Telah Menumpuk Dunia,
Atau Dunia Yang Telah Menumpukmu

Apakah Kau Yang Telah Mengubur Dunia,
Atau Dunia Yang Telah Menguburmu.

"Ketika Mayat Tergeletak Akan Dimandikan.. ..Terdengar Dari Langit Suara Memekik,

"Wahai Fulan Anak Si Fulan...
Mana Badanmu Yang Dahulunya Kuat, Mengapa Kini Terkulai Lemah
Mana Lisanmu Yang Dahulunya Fasih, Mengapa Kini Bungkam Tak Bersuara

Mana Telingamu Yang Dahulunya Mendengar, Mengapa Kini Tuli Seribu Bahasa

Mana Sahabat-Sahabatmu Yang Dahulunya Setia, Mengapa Kini Ghaib Tak Bersuara.

"Ketika Mayat Siap Dikafan...
Suara Dari Langit Terdengar Memekik,
"Wahai Fulan Anak Si Fulan
Berbahagialah Apabila Kau Bersahabat Dengan Ridha
Dan Celakalah Apabila Kau Bersahabat Dengan Murka Allah .

"Wahai Fulan Anak Si Fulan...
Kini Kau Tengah Berada Dalam Sebuah Perjalanan
Nun Jauh Tanpa Bekal Kau Telah Keluar Dari Rumahmu
Dan Tidak Akan Kembali Selamanya

Kini Kau Tengah Safar Pada Sebuah Tujuan Yang Penuh Pertanyaan.

Ketika Mayat Diusung.... Terdengar Dari Langit Suara Memekik,

"Wahai Fulan Anak Si Fulan..
Berbahagialah Apabila Amalmu Adalah Kebajikan

Berbahagialah Apabila Matimu Diawali Taubat

Berbahagialah Apabila Hidupmu Penuh Dengan Taat.

Ketika Mayat Siap Dishalatkan. ...Terdengar Dari Langit Suara Memekik,
"Wahai Fulan Anak Si Fulan..
Setiap Pekerjaan Yang Kau Lakukan Kelak Kau Lihat Hasilnya Di Akhirat

Apabila Baik Maka Kau Akan Melihatnya Baik
Apabila Buruk, Kau Akan Melihatnya Buruk."

Ketika Mayat Dibaringkan Di LiangLahat....terdengar Suara Memekik Dari Langit,

"Wahai Fulan Anak Si Fulan...
Apa Yang Telah Kau Siapkan Dari Rumahmu Yang Luas
Di Dunia Untuk Kehidupan Yang Penuh Gelap Gulita

Di Sini Wahai Fulan Anak Si Fulan...
Dahulu Kau Tertawa, Kini Dalam Perutku Kau Menangis

Dahulu Kau Bergembira, Kini Dalam Perutku Kau Berduka

Dahulu Kau Bertutur Kata, Kini Dalam Perutku Kau Bungkam Seribu Bahasa.

"Ketika Semua Manusia Meninggalkannya.. Sendirian... .
Allah Berkata Kepadanya, "Wahai Hamba-Ku....
Kini Kau Tinggal Seorang Diri Tiada Teman Dan Tiada Kerabat

Di Sebuah Tempat Kecil, Sempit Dan Gelap..
Mereka Pergi Meninggalkanmu. Tingglalh Kau Seorang Diri

Padahal, Karena Mereka Kau Pernah Langgar Perintahku

Hari Ini,.... Akan Kutunjukan Kepadamu kasih Sayang-Ku Yang Akan Takjub Seisi Alam

Aku Akan Menyayangimu Lebih Dari Kasih Sayang Seorang Ibu Pada Anaknya.

Kepada Jiwa-Jiwa Yang Tenang Allah Berfirman,
"Wahai Jiwa Yang Tenang Kembalilah Kepada Tuhanmu Dengan Hati Yang Puas Lagi Diridhai-Nya. Maka Masuklah Ke Dalam Jamaah Hamba-Hamba-Ku Dan Masuklah Ke Dalam Jannah-Ku"
Renungilah dan ingatlah selalu akan perjalanan jauh yang wajib ditempuh setiap bernama manusia ini. Pesanan hanya di sini kerana di sana sudah tiada lagi.

Monday, 1 June 2009

Antara kata2 Sayidina Ali ra ..

Sayidina Ali bin Abi Talib adalah anak sedara kepada Nabi saw, suami kepada puteri baginda Sayyidatina Fatimah dan bapa kepada cucu-cucu kesayangan baginda, Sayidina Hasan dan Husin r.anhuma.

Sayidina Ali termasuk di kalangan ahlulbait dan terkenal juga sebagai sahabat-sahabat Nabi yang empat. Sejak kecil tinggal bersama Nabi dan merupakan kanak2 pertama memeluk Islam. Ditarbiyyahkan oleh Nabi hingga dewasa sehingga diterima menjadi menantu Nabi beribukan Sayidatina Khatijah Binti Khuwalid. Diberi gelaran karamallahu wajhah kerana tidak pernah menyembah berhala sepanjang hidupnya.

Beliau bersifat tawadhu dan tidak suka meminta-minta serta maher bermain senjata. Ketinggian ilmunya telah disaksikan oleh Nabi sendiri yang mengibaratkannya (baginda) sebagai gedung dan kuncinya adalah Sayidina Ali. Begitu hebatnya ilmu yang dianugerahkan Allah pada Sayidina Ali sehingga ada yang melebih2kanya dengan ilmu hikmat.

Dengan ilmunya Sayidina Ali ra pernah mengatakan "Tiada kekayaan yang lebih utama dari akal. Tiada kepapaan yang lebih menyedihkan daripada kebodohan. Tiada warisan yang lebih baik daripada pendidikan."

Ketika ditanya tentang mana yang lebih utama antara ilmu dengan harta , Sayidina Ali ra menyatakan:

"Ilmu lebih utama daripada harta, kerana ilmu adalah pusaka para nabi, sedang harta adalah pusaka Karun, Fir’aun, dan para pengumbar nafsu."

"Ilmu lebih utama daripada harta, karena ilmu itu akan menjagamu sedangkan harta malah engkau yang harus menjaganya."

"Harta itu jika engkau belanjakan menjadi berkurang, sebaliknya ilmu jika engkau gunakan malahan bertambah kerana ia akan menolongmu."

"Pemilik harta disebut dengan nama bakhil (kikir) dan buruk, tetapi pemilik ilmu disebut dengan nama keagungan dan kemuliaan."

"Pemilik harta itu ramai musuhnya, sedangkan pemilik ilmu temannya banyak."

"Ilmu lebih utama daripada harta, karena di akhirat nanti pemilik harta akan dihisab sedangkan orang berilmu akan memperoleh syafa’at."

"Harta akan hancur berantakan karena lama ditimbun zaman, tetapi ilmu tak akan rusak dan musnah walau ditimbun zaman."

"Harta membuat hati seseorang menjadi keras, sedang ilmu malah membuat hati menjadi bercahaya."

"Ilmu lebih utama daripada harta, karena pemilik harta bisa mengaku menjadi Tuhan akibat harta yang dimilikinya, sedang orang yang berilmu justru mengaku sebagai hamba karena ilmunya."

Begitulah ketinggian ilmunya kalau diperhatikan baris2 ayat yang digunakan dan maksud2 yang tersirat disebaliknya. Benarlah Sayidina Ali itu mewarisi "ilmu hikmat".

Saturday, 30 May 2009

DIA yang tidak dikenal sebagaimana mestinya

by Ishak for everyone



Dan mereka tidak menghormati Allah dengan penghormatan yang semestinya...(QS Al An’Am : 91)

Di dalam sebuah tafsir dijelaskan bahwa ayat tersebut bermakna “Mereka tidak mengenal Allah (makrifat) sebagaimana seharusnya Dia dikenal.”

Diriwayatkan dari Aisyah ra., bahwa Nabi saw bersabda, “Pondasi sebuah rumah adalah dasarnya. Pondasi agama adalah pengenalan kepada Allah swt, yakin, dan akal yang teguh.”

Aisyah lalu bertanya, “Demi ayah dan ibuku, menjadi tebusanmu, apakah akal yang teguh itu ?” Beliau menjawab, “Menjaga dari maksiat terhadap Allah dan bersemangat dalam mentaati Allah swt. (Dikeluarkan oleh ad-Dailamy, dari Aisyah ra.)

Imam Al Qusyairi mengatakan bahwa ditinjau dari segi bahasa, para ulama mengartikan makrifat sebagai ilmu. Semua ilmu adalah makrifat, dan semua makrifat adalah ilmu.

Hal itu berarti setiap orang yang mempunyai ilmu (‘alim) tentang Allah swt, berarti seorang yang arif.

Di kalangan para sufi, makrifat adalah sifat dari orang yang mengenal Allah swt, melalui nama-nama dan sifat-sifat-Nya dan berlaku tulus kepada Allah swt dalam muamalatnya, kemudian menyucikan dirinya dari sifat-sifat yang rendah dan cacat, yang terpaku lama di pintu (ruhani), dan yang senantiasa i’tikaf dalam hatinya. Kemudian dia menikmati keindahan dekat hadirat-Nya, yang mengukuhkan ketulusan dalam semua keadaannya. Memutuskan segala kekotoran jiwanya, dan dia tidak mencondongkan hatinya kepada pikiran apapun selain Allah, sehingga ia menjadi orang asing di kalangan makhluk. Ia menjadi bebas dari bencana dirinya, bersih dan tenang, senantiasa abadi dalam sukacita bersama Allah swt, dalam munajatnya. Di setiap detik senantiasa kembali kepada-Nya, senantiasa berbicara dari sisi Al-Haq melalui pengenalan rahasia-rahasia-Nya.

Dan ketika Allah swt, mengilhaminya dengan membuatnya menyadari rahasia-rahasia-Nya akan takdirnya, maka pada saat itu ia disebut orang arif, dan keadaannya disebut ma’rifat. Jelasnya, frekuensi keterasingannya terhadap dirinya sendiri (dan seluruh makhluk yang ada) semata karena sukses ma’rifatnya kepada Allah swt.

Beberapa orang shaleh berbicara mengenai ma’rifat dan ahlinya (orang arif) sebagai berikut :

Syaikh abu Ali ad-Daqqaq berkata, “Salah satu tanda ma’rifat adalah munculnya haibah (rasa takut disertai penghormatan yang luar biasa / gentar) dari Allah swt. Barang siapa bertambah makrifatnya, maka bertambah pula haibah-nya. Saya juga mendengar, beliau juga menyatakan, “makrifat membawa ketenteraman dalam hati sebagaimana pengetahuan membawa kedamaian. Jadi, orang yang makrifatnya bertambah, maka bertambah pula ketenteramannya.

Asy-Syibly berkata, “Bagi sang arif tidak ada keterikatan, bagi sang pencinta tidak ada keluhan, bagi sang hamba tidak ada tuntutan, bagi orang yang takut kepada Allah tidak ada tempat yang aman (dari-Nya), dan bagi setiap orang tidak ada jalan lari dari Allah.”

Al Junayd menyatakan, “Seorang arif tidak akan menjadi ‘arif sampai dia menjadi seperti bumi : diinjak oleh orang yang baik maupun yang jahat, dan sampai dia menjadi seperti awan : menaungi semua makhluk, dan sampai dia menjadi seperti hujan : menyirami segala sesuatu, baik yang mencintainya maupun yang membencinya.

Yusuf bin Ali menegaskan, “Seorang tidak akan menjadi ‘arif sejati sampai seandainya kerajaan Sulaiman as., diberikan kepadanya, maka kerajaan itu tidak akan memalingkan perhatiannya sekejap mata pun dari Allah swt.

Dzun Nuun al-Mishry ditanya, “Dengan apa engkau mengenal Tuhanmu ?” Dia menjawab, “Aku mengenal Tuhanku dengan Tuhanku. Kalaulah tidak karena Tuhanku, niscaya aku tidak akan mengenal Tuhanku.

Asy-Syobly mengatakan, “Sang arif tidaklah berurusan selain dengan Dia. Dan tidak pula dia berbicara dengan pembicaraan tentang sesuatu selain-Nya, dan tidak melihat satu pelindung pun bagi dirinya selain Allah swt.

Dikatakan, “sang arif memperoleh kesenangan dengan dizikir kepada Allah swt dan ditakuti oleh makhluk-Nya. Dia membutuhkan Allah swt., Dia membuatnya tidak butuh kepada makhluk. Sang arif selalu merasa hina dihadapkan Allah swt, lantas Allah memuliakannya dihadapkan makhluk-Nya.

Abu ath-Tahyyib as-Samari mengatakan, “Ma’rifat adalah munculnya Al Haq di lembah batin melalui cahaya yang terus menerus memancar.

Al Junayd mengatakan, “Seorang arif adalah yang berbicara haq dari batinnya, sedangkan ia sendiri dalam keadaan diam.

Dun Nuun al Mishry mengatakan, “tanda seorang arif ada tiga : Cahaya ma’rifatnya tidak meniup cahaya wara-nya, dia tidak percaya pada pengetahuan batin apabila merusak hukum-hukum lahir, dan melimpahnya rahmat Allah swt kepadanya tidak mendorongnya untuk merobek tirai yang menutupi kehormatan Allah swt.

Dikatakan, “orang yang arif bukanlah orang yang berbicara tentang makrifat di hadapan generasi akhirat, dan lebih-lebih lagi bukan arif jika dia berbicara tentang hal itu di hadapan orang yang terikat pada dunia.

Muhammad Ibnu Fadhl berkata, “makrifat adalah hidupnya hati bersama Allah swt.

Mungkin inilah arti sabda Nabi saw :Aku tak bisa memuji-Mu sepenuhnya (HR. Baihaqi)

Sunday, 24 May 2009

Hukum bertarekat



Karena pertanyaannya sebagian besar menginginkan dalil-dalil, maka kami menjawabnya dengan dalil-dalil, sebagian besar kami ambil dari buku:

Permasalahan Thariqah, Hasil Kesepakatan Muktamar & Musyawarah Besar Jami’ah Ahlith Thariqah Al-Muktabarah Nahdlatul Ulama (1957-2005M), Penghimpun : K.H. A. Aziz Masyhuri diterjemahkan oleh : Achmad Zaidun.

1.Hukum Masuk Thariqah
Tanya : Bagaimana pendapat muktamirin tentang hukum masuk Thariqah dan mengamalkannya?

Jawab : Jikalau yang dikehendaki masuk thariqah itu belajar membersihkan dari sifat-sifat yang rendah, dan menghiasi sifat-sifat yang dipuji, maka hukumnya fardhu ‘ain. Hal ini seperti hadis Rasulullah Saw, yang artinya: "Menuntut ilmu diwajibkan bagi orang Islam laki-laki dan Islam perempuan".

Akan tetapi kalau yang dikehendaki masuk Thariqah Mu’tabarah itu khusus untuk dzikir dan wirid, maka termasuk sunnah Rasulullah Saw.1

Adapun mengamalkan dzikir dan wirid setelah baiat, maka hukumnya wajib, untuk memenuhi janji. Tentang mentalqinkan (mengajarkan) dzikir dan wirid kepada murid, hukumnya sunat. Karena sanad Thariqah kepada Rasulullah Saw, itu sanad yang shahih.

Keterangan dari kitab:
1.
Al-Ma’aarif al-Muhammadiyah, hal. 81;
2.
Al-Adzkiyaa
Al-adzkiyaa’: Pelajarilah ilmu yang membuat sah ibadahnya.
Al-Ma’ararifah al-Muhammadiyyah, hal. 81: Sanad para wali kepada Rasulullah Saw. Itu benar (shahih), dan shahih pula hadis bahwa Ali ra. Pernah bertanya kepada Nabi Saw. Kata Ali, "Wahai Rasulullah, tunjukkanlah kepadaku jalan terdekat kepada Allah yang paling mudah bagi hamba-hamba-Nya dan yang paling utama bagi Allah!" Rasulullah Saw. Bersabda, ‘Kiamat tidak akan terjadi ketika di muka bumi masih terdapat orang yang mengucapkan ‘Allah’.

Dasar lainnya adalah firman Allah Swt. ‘Penuhilah janji, sesunggunhya janji itu akan diminta pertanggungjawabannya’". (Al-Israa’; 34).

2.Murid Pindah Thariqah
Tanya : Apakah boleh seorang murid Thariqah pindah dari satu thariqah kepada Thariqah yang lain?.

Jawab : Haram pindah dari satu Thariqah kepada Thariqah yang lain. Namun dapat dikatakan : Boleh pindah, apabila dia dapat menetapi kepada Thaiqah yang sudah dimasuki dan istiqamah (tekun) pada tuntunannya.

Keterangan dari kitab-kitab:2 )
1.
fataawa al-Haditsiyah, hal.50;
2.
majmu’ah al-rasail, hal. 114;
3.
ahkaamul Fuqaha, soal no. 173.

Al-fataawa al-hadiitsiyah, hal 50: Barangsiapa telah menyatakan baiat kepada seorang mursyid, dan mampu melaksanakan isi baiatnya, dan telah mendapat pancaran rohani darinya dengan sifat yang pertama dan kedua, maka haram baginya –menurut mereka (para ulama)-meninggalkan mursyid tersebut dan beralih ke mursyid yang lain.

Majmu’ah al-rasaail,. Hal: 114: Ketahuilah bahwa Thariqah-Thariqah yang ma’tsur, yang masyhur, yang sanadnya bersambung dari para guru thariqah terdahulu sampai belakangan adalah seperti empat madzhab dalam hal perpindahan dari satu madzhab ke madzhab yang lain, yaitu boleh, dengan syarat bidang yang dimasuki oleh orang yang berpindah madzhab itu harus utuh dengan senantiasa menetapi tata kramanya.

3. Mursyid Melarang Muridnya Menerima Baiat dari Mursyid lain

Tanya : Apakah boleh seorang mursyid melarang sebagian muridnya menerima baiat dari mursyid yang lain?

Jawab : Boleh, kalau di dalam melarang itu untuk mengarahkan murid pada apa yang menjadikan kemaslahatannya.

Keterangan dari kitab:
Tanwiir al-quluub hal. 536: Yang kedua belas adalah mursyid tidak boleh lengah dalam membimbing murid-muridnya kepada apa yang menjadikan kebaikan bagi diri mereka.

4. Tidak Bersanad Mengajarkan Thariqah

Tanya : Apakah boleh orang yang tidak mempunyai sanad yang sambung kepada Rasulullah Saw mengajarkan thariqah kepada murid? Apakah boleh memberi ijazah kepadanya?

Jawab : Tidak boleh, kalau thariqah itu Thariqah Mu’tabarah seperti Thariqah Naqsyabandiyah, Qadriyah, Khalidiyah, dan semacamnya, yaitu Thariqah yang silsilahnya sampai kepada Rasullullah.

Keterangan dari kitab:
1.
Khaziinah Al-asraar, hal. 188.
2.
Ushuul al-Thariiq, hal. 89.
3.
Tanwir al-Quluub, hal. 534

Khaziinah Al-asraar, hal. 188: Orang yang silsilah/sanadnya tidak bersambung kehadirat Nabi saw. Itu terputus dari pancaran rohani dan ia bukanlah pewaris Rasullullah Saw. Serta tidak boleh membaiat dan memberi ijazah.

Ushuul al-Thariiq, hal. 89: Semua ulama salaf sepakat bahwa orang silsilahnya tidak bersambung kepada guru-guru thariqah dan tidak mendapat izin untuk memimpin umat di majlis thariqah, tidak boleh menjadi mursyid, tidak boleh membaiat, tidak boleh mengajarkan dzikir dan amalan-amalan lain dalam thariqah.

Tanwir al-Quluub, hal. 534: tidak boleh menjadi guru thariqah dan mursyid kecuali setelah mendapat penempaan dan izin, sebagaimana kata para imam, karena sudah jelas bahwa orang yang menjadi guru thariqah tanpa mendapat izin itu bahayanya lebih besar daripada kemashlatannya, dan ia memikul dosa sebagai pembegal/penjambret thariqah, serta jauh dari derajat murid yang benar, apalagi dari derajat guru thariqah yang arif.

5. Hukum Peringatan Haul (Hari Wafat)

Tanya : Apakah peringatan hari wafat (haul) termasuk bid’ah atau memang ada nash dari hadis?

Jawab : Sesungguhnya peringatan hari wafat (haul) ada nash hadis dari perbuatan Rasullullah Saw., Abu Bakar, Umar ra, dan utsman ra.

Keterangan dari kitab:
1.
Syaarah al-Ihyaa’,X
2.
Kitab nahju al- balaaqhah, hal. 394-396.
3.
Kitab manaaqib sayyidi al-syuhada’ Hamzah ra., hal. 15.

Syaarah al-Ihyaa’, juz X Yang menjelaskan ziarah kubur. Al-Baihaqi meriwayatkan dari Al-Waqidi mengenai kematian, bahwa Nabi Saw. Senantiasa berziarah ke makama para syuhada’ di bukit Uhud setiap tahun dan sesampainya di sana beliau mengucapkan salam dengan mengeraskan suaranya, "Salaamun’alaikum bimaa shabartum fani’ma’uqbaddaar" (QS. Al-Ra’d: 24. Artinya: keselamatan tetap padamu berkat kesabaranmu, maka betapa baiknya tempat kesudahan itu).

Abu bakar juga berbuat seperti itu setiap tahun, kemudian Umar lalu Utsman. Fatimah juga pernah berziarah ke bukit Uhud dan berdoa. Sa’d bin Abi Waqqash mengucapkan salam kepada para syuhada’ tersebut kemudian ia menghadap kepada para sahabatnya lalu berkata, "mengapa kamu tidak mengucapkan salam kepada orang-orang yang akan menjawab salam mu?"

Keterangan yang sama juga terdapat dalam kitab Nahju al- balaaqhah, hal. 394-396, dan Kitab manaaqib sayyidi al-syuhada’ Hamzah ra.

Oleh Sayyid Ja’far al Barzanji hal. 15: Rasulullah Saw. Senantiasa berkunjung ke makam para syuhada’ di bukit Uhud pada penghujung setiap tahun dan beliau mengucapkan "Salaamun’alaikum bimaa shabartum fani’ma’uqbaddaar" (Artinya: keselamatan tetap padamu berkat kesabaranmu, maka betapa baiknya tempat kesudahan itu. QS. Al-Ra’d: 24.). ini tepat sebagai dalil/dasar orang-orang madinah yang melakukan ziarah rajabiyyah (pada bulan rajab) ke makam sayyidina Hamzah yang di tradisikan oleh Syaikh Junaid al-Masyra’I karena ia pernah bermimpi bertemu dengan sayyidina Hamzah yang menyuruhnya melakukan ziarah tersebut.3)

6. Cara Rabithah kepada Mursyid dengan Tata Sila Kesembilan

Tanya : Bagaimana cara rabithah kepada syaikh mursyid yang disebut dalam tata sila kesembilan dalam kitab Tanwiir al-Quluub tentang cara berdzikir?

Jawab : Cara rabithah yang ditanyakan tersebut yaitu menggambarkan rupa guru antara dua matanya, kemudian menghadapkan jiwa kepada rohaniyah dalam gambar itu pada permulaan dzikir sampai hasilnya merasa jauh dari dunia. Itulah yang dikehendaki tata sila yang kesepuluh.

Keterangan dari kitab:
1.
Tanwiir al-Quluub, hal. 518.
2.
Al-Bahjah a-Saniyyah, 40.

Al-Bahjah a-Saniyyah, 40: Ketahuilah bahwa menghadirkan rabithah itu bermacam-macam. Pertama, murid menggambarkan/ membayangkan rupa gurunya yang sempurna di hadapannya, kemudian ia bertawajjuh (berkonsentrasi) kepada rohaniyyah di dalam rupa gurunya tersebut dan terus bertawajjuuh seperti itu sampai ia jauh dari dunia atau mendapatkan atsar/dampak kejadzaban.

Tanwiir al-Quluub, hal. 518: Murid wajib berusaha memperoleh pancaran rohani ari gurunya yang sempurna yang fana’ di dalam Allah (larut/tenggelam di dalam sifat-sifat ketuhanan –pen), dan sering berkonsentrasi pada rupa gurunya agar semakin kuat pancaran rohani yang diterima dari gurunya pada saat tidak bertemu secara fisik seperti ketika bertemu secara fisik, sehingga dengan konsentrasi tersebut murid merasakan gurunya benar-benar hadir dan merasakan nur yang sempurna…

7. Ocehan Bahwa Thariqah tidak Termasuk Sunah Nabi

Tanya : Bagaimana hukumnya orang yang melarang orang masuk Thariqah Mu’tabarah seperti Thariqah Naqsyabandiyah khalidiyyah, Qadiriyah, Syathariyyah dan sebagainya, dan dia berkata bahwa Thariqah tersebut tidak termasuk sunnah Rasulullah Saw.?

Jawab : Kalau tujuan melarang itu ingkar kepada thariqah maka orang itu menjadi kufur.

Keterangan dari kitab:
Jaami’u al-ushuuli al-auliyaa’,hal. 136: Jauhilah ucapan, "Thariqah orang-orang sufi itu tidak diajarkan dalam Al-Quran dan hadis", karena orang yang berkata seperti itu adalah kafir. Semua thariqah orang-orang sufi itu sesuai dengan akhlak dan perilaku Nabi Muhammad Saw. serta ajaran Allah.

Demikian jawaban yang kami berikan atas pertanyaannya, Jawaban yang kami kutip langsung dari buku ini mudah-mudahan bisa menjawab beberapa pertanyaan yang pernah diajukan oleh pengunjung, pada kesempatan lain akan kami lanjutkan lagi tanya jawabnya, pertanyaan-pertanyaan yang bersifat pribadi kami berikan jawaban langsung via email.
http://sufimuda.wordpress.com/2008/05/07/7-tanya-jawab-tantang-thariqat/">http://sufimuda.wordpress.com/2008/05/07/7-tanya-jawab-tantang-thariqat/

Friday, 22 May 2009

Tokoh Maulidurrasul 1430H Peringkat Negeri Kedah

Tuan Guru Haji Salleh Musa, 80 tahun telah dipilih sebagai penerima Tokoh Maulidurrasul 1430H Peringkat Negeri Kedah bagi kategori Tokoh Pendakwah di dalam Majlis Sambutan Maulidurrasul Peringkat Negeri Kedah. Majlis ini di sempurnakan oleh KDYMM Tuanku Sultan Abdul Halim Mu'adzam Shah al-Haj ibni al-Marhum Sultan Badlishah.

Beliau adalah pengasas dan pengasuh Madrasah ar-Rahmaniah, Seberang Pekan Sik, Sik, Kedah Darul Aman atau lebih di kenali dengan nama 'Pondok Tuan Guru Haji Salleh Sik'. Tuan Guru Haji Salleh atau lebih mesra dengan panggilan Baba mendapat pendidikan di Makkah al-Mukarramah.

Seawal usia 13 tahun beliau telah ke Mekah untuk belajar dan menetap disana selama hampir 17 tahun. Beliau berguru dengan ramai ulama, antara nama guru beliau yang kerap disebutnya adalah Syaikh Wan Ismail bin Wan 'Abdul Qadir al-Fathani @ Pak Da Eil, Syaikh Abdul Qadir Mandili dan Syaikh Yasin al-Fadani. Selain itu beliau juga ke Madinah dan Palestin untuk menuntut ilmu. Beliau juga pernah belajar di Darul Ulum, Mekah. Al-Marhum Tuan Guru Haji Abdullah Haji 'Abdurrahman, Lubuk Tapah adalah merupakan rakan seangkatan beliau ketika belajar di Mekah.

Beliau membuka pondoknya sendiri di Sik setelah sekembalinya beliau dari Mekah. Dan ini adalah merupakan pesan guru beliau kepada beliau. Pondoknya kini, berusia lebih daripada 50 tahun. Walaupun usia Tuan Guru Haji Salleh sudah menjangkau 80 tahun, namun beliau tetap aktif mengajar di serata tempat.

Beliau seorang yang mahir di dalam ilmu tauhid, selain dari ilmu feqah dan tasauf. Kitab yang sering diajar adalah Bakurah karangan guru beliau Pak Da Eil, Matan Ummu Barahin, Sirajul Huda oleh Syaikh Muhammad Zainuddin al-Sumbawi (beliau mengajar mengikut thoriq Pak Da Eil) dan lain-lain. Pondok yang beliau asaskan adalah diantara pondok tradisional yang masih kekal di Kedah. Setiap minggu iaitu pada hari Jum'at diadakan pengajian umum dimana yang hadiri lebih kurang 2,000 hingga 3,000 orang. Tuan Guru Haji Salleh mengajar kitab tauhid, fiqh dan tafsir. Manakala setiap kali bulan Ramadhan, beliau akan mengadakan daurah, yang disertai oleh ramai pelajar-pelajar pondok dari Kelantan, Kedah dan Fathani (Wilayah Selatan Thai). Dan kitab yang beliau diajarkan adalah kitab-kitab tauhid.

Hasil dari perkahwinannnya, Tuan Guru Haji Salleh dikurniakan 11 orang cahayamata. Dan salah seorang daripada anak beliau yang lama memondok di Fathani mewarisi beliau di dalam sistem pondok tradisional. anak beliau inilah yang membantu beliau mengajar pelajar-pelajar di pondok beliau.

Alhamdulillah, Abu Zahrah sempat bertemu dan mengambil ilmu dengan Tuan Guru Haji Salleh walaupun di dalam waktu yang singkat. Sewaktu Abu Zahrah dan Ustaz Muhadir mengunjungi beliau, kami sempat membaca dihadapannya Matan Arbain an-Nawawiyyah dan kitab Penawar Bagi Hati karangan Syaikh Abdul Qadir Mandili, dan beliau telah sudi mengijazah serta mengizinkan kami mengajarnya.

Sanad kitab Penawar Bagi Hati, beliau belajar dan terima terus dari guru kesayangannya yang merupakan pengarang kitab tersebut, Syaikh 'Abdul Qadir al-Mandili.

Alhamdulillah, Kitab Penawar Bagi Hati ini juga Abu Zahrah sempat belajar dari Tuan Guru Haji Hasyim Kajang, yang mana beliau belajar dan terima terus dari pengarang kitab tersebut. Alhamdulillah di atas kurniaan Allah yang tiada ternilai ini .....

Sekian, biografi ringkas mengenai Tuan Guru Haji Sallah Musa, Sik. InsyaAllah, Abu Zahrah berhasrat untuk mendapatkan biografi beliau dan guru-guru beliau dengan lebih perinci sewaktu program menziarahi beliau nanti. Doakan Abu Zahrah semoga dipermudahkan.

Tuan Guru Haji Salleh Musa - Menerima Anugerah Tokoh Maulidurrasul di Kolej Universiti Insaniah, Alor Setar.


Gambar kenangan sebahagian peserta Daurah Tafaqquh Fiddin 2007 bersama Tuan Guru Haji Salleh dan Syaikh Nuruddin di Pondok Tuan Guru Haji Salleh di Sik, Kedah Darul Aman. Foto ini dirakamkan pada pagi Hariraya Eidul Adha (hari berakhirnya daurah)

Diambil dari al-fanshuri.blogspot.com

Saturday, 16 May 2009

Yahudi vs Islam





Dipetik dari tulisan seorang penulis bebas, yang juga Pengarah Eksekutif Pusat Penyelidikan dan Kajian Keselamatan (CRSS) Pakistan, Dr. Farrukh Saleem ( http://www.masada2000.org/Powerful-Jews.html) dan ada fakta tambahan yang dikutip dari beberapa laman yang aku ikuti. Fikir-fikirkan lah........




Hanya ada 14 juta Yahudi di muka bumi ini; tujuh juta di Amerika, lima juta di Asia, dua juta di Eropah dan 100,000 di Afrika. Bagi setiap orang Yahudi ada 100 orang Muslim (1:100). Namun, jika dicampur semua sekali, Yahudi lebih 100 kali berkuasa daripada orang Islam. Mengapa ini berlaku?

Siapa mereka (Yahudi) ini?

Nabi Isa (Jesus of Nazareth) ialah Yahudi. Albert Einstein, saintis zaman moden paling terkemuka dan disebut oleh majalah Time sebagai ‘Manusia Abad ini’ ialah seorang Yahudi; Sigmund Freud – melalui teori id, ego dan super-ego ialah bapa psikoanalisis, juga seorang Yahudi; begitu juga Karl Marx, Paul Samuelson dan Milton Friedman.

Selain mereka banyak lagi orang Yahudi yang hasil kebijaksanaan mereka berupaya menghasilkan keperluan untuk kita semua: Benjamin Rubin memperkenalkan jarum suntikan pelalian.

Johas Salk mereka vaksin polio yang pertama. Gertrude Elion mencipta ubat melawan leukemia. Baruch Blumberg mencipta vaksin Hepatitis B. Paul Ehrlich menemukan rawatan untuk siflis. Elie Metchnikoff menang Hadiah Nobel untuk penyakit berjangkit. Bernard Katz menang Hadiah Nobel kerana kajian mengenai transmisi neuromuskular.

Andrew Schally penerima Nobel dalam kajian endokrinologi (berkaitan sistem endokrin dan kencing manis). Aaron Beck menemui terapi kognitif (rawatan mental, kesugulan dan fobia).
Gregory Pincus membangunkan pil perancang keluarga yang pertama. George Wald menang Nobel bagi kajian mata manusia, Standley Cohen dianugerahi Hadiah Nobel dalam kajian embriologi (kajian janin dan perkembangannya). Willem Kolff mencipta mesin dialisis (mencuci) buah pinggang.

Sejak 105 tahun, 14 juta Yahudi menang 15 dozen Hadiah Nobel, sementara tiga dimenangi oleh 1.4 bilion umat Islam.

Stanley Mezor mencipta mikrocip pertama. Leo Szilards membangunkan reaktor rangkaian nuklear pertama; Peter Schultz (kabel gentian optik); Charles Adler (lampu isyarat); Benno Strauss (besi tahan karat – stainless steel); Isador Kisee (sistem suara di pawagam); Emile Berliner (mikrofon untuk telefon) dan Charles Ginsburg (alat pita rakaman).

Saudagar jenama terkaya dunia juga dikuasai Yahudi iaitu Ralph Lauren (Polo), Levis Strauss (Levi’s Jeans), Howard Schultz (Starbuck’s), Sergey Brin (Google), Michael Dell (Dell Computers), Larry Ellison (Oracle), Donna Karan (DKNY), Irv Robbins (Baskin & Robbins) dan Bill Rossenberg (Dunkin Donuts).

Richard Levin, presiden universiti tersohor Yale Universiti ialah seorang Yahudi. Henry Kissinger, Joseph Lieberman dan Madeleine Albright (bekas-bekas Setiausaha Negara AS); Alan Greenspan (bekas pengerusi Rizab Persekutuan AS di bawah Reagan, Bush, Clinton dan Bush); Maxim Litvinov (bekas Menteri Luar Soviet Union); David Marshal (bekas Ketua Menteri pertama Singapura); Isaac Isaacs (bekas Gabenor Jeneral Australia); Benjamin Disraeli (negarawan dan penulis Britian); Yevgeny Primkov (bekas Perdana Menteri Rusia dan bekas jeneral KGB); Jorge Sampaio (bekas Presiden Portugal); Herb Gray (bekas Timbalan Perdana Menteri Kanada); Pierre Mendes (Perdana Menteri ke-143 Perancis); Michael Howard (bekas Setiausaha Negara British); Bruno Kreisky (bekas Canselor Austria) dan Robert Rubin (bekas Setiausaha Perbendaharaan AS).

Dalam dunia media, orang Yahudi yang terkemuka ialah Wolf Blitzer (CNN); Barbara Walters (ABC News); Eugene Meyer (Washington Post); Henry Grunwald (Ketua Editor Time); Katherine Graham (penerbit The Washington Post); Joseph Lelyyeld (Editor Eksekutif, The New York Times) dan Max Frankel (The New York Times).

Dermawan dan penyangak mata wang, George Soros ialah Yahudi. Dia menderma AS$4 bilion untuk membantu ahli sains dan universiti serata dunia.

Walter Annenberg menderma untuk membina ratusan perpustakaan berjumlah AS$2 bilion.
Di Olimpik, Mark Spitz membolot tujuh pingat emas. Lenny Krayzelburg ialah pemegang tiga kali pingat emas Olimpik. Spitz Krayzelburg dan Boris Becker adalah Yahudi.

Di Hoolywood jenis yahudi ini memonopoli studio-studio di sana. Misalnya Yahudi Rusia, Marcus Loew yang mendirikan Loews Pictures serta Louis B Mayer dan Samuel Goldwyn yang mendirikan cikal bakal studio besar Metro-Goldwyn Mayer (MGM). Yahudi lainnya, Barney Balaban meluncurkan Paramount dan Harry Cohen mendirikan Columbia Pictures.

William Fox memulai perusahaan yang ia sebut Twentieth Century Fox. Sementara empat bersaudara yang Yahudi imigran Polandia, Jack, Samuel, Albert, dan Harry Warner sudah berada di Hollywood sebagai pemilik studio Warner Brothers.

Tahukah anda bahawa pelakon pujaan Harrison Ford, George Burns, Tony Curtis, Charles Bronson, Sandra Bullock, Billy Cystal, Woody Allen, Paul Newman, Peter Sellers, Dustin Hoffman, Michael Douglas, Ben Kingsley, Kirk Douglas, Willian Shatner, Jerry Lewis dan Peter Falk semuanya Yahudi?

Antara pengarah dan penerbit, Steven Spielberg, Mel Brooks, Oliver Stone, Aaron Spelling (Beverly Hills 90210), Neil Simon (The Odd Couple), Andrew Vaina (Rambo 1- 2-3), Michael Man (Starsky and Hutch), Milos Forman (One Flew Over The Cuckoo’s Nest), Douglas Fairbanks (The Thief Of Baghdad) and Ivan Reitman (Ghostbusters) – semuanya adalah jenis Yahudi..

Washington yang merupakan ibu negara Amerika Syarikat, mempunyai satu pertubuhan lobi yang amat berkuasa. Ia dikenali sebagai Jawatankuasa Hal Ehwal Awam Amerika Israel (AIPAC) yang berupaya mempengaruhi Kongres meluluskan resolusi memuji dan ‘membuat apa saja’ demi Israel.

Tahukah lagi bahawa William James Sidis dengan IQ 250-300 ialah manusia tercerdik. Dia ialah Yahudi.

Jadi, mengapa mereka ini terlalu berkuasa?

Jawapannya: Pendidikan, pelajaran, ilmu.

Mengapa umat Islam terlalu lemah?

Dianggarkan 1,476,233,470 Muslim di atas muka bumi Allah ini. Satu bilion di Asia, 400 juta di Afrika, 44 juta di Eropah dan enam juta di Amerika. Setiap lima insan manusia ialah Muslim. Setiap seorang Hindu ada dua orang Islam, setiap seorang Buddha ada dua orang Islam dan setiap seorang Yahudi ada beratus orang Islam. Mengapa orang Islam terlalu lemah?

Ini jawapannya: Terdapat 57 negara anggota OIC dan jika dicampur semua cuma ada kira-kira 500 buah universiti; atau sebuah universiti untuk setiap tiga juta orang Islam.

AS mempunyai 5,758 universiti dan India ada 8,407. Pada 2004, Shanghai Jiao Tong Universiti membuat kajian ‘Kedudukan Akademik Universiti-universiti Dunia’ – dan menakjubkan – tiada satu pun universiti-negara Islam yang berada di puncak 500.

Data yang dikumpul dari UNDP, tahap celik huruf di negara maju ialah hampir 90 peratus dan 15 negara itu mempunyai 100 peratus celik huruf. Negara majoriti penduduk Islam, purata kadar celik huruf ialah sekitar 40 peratus dan tiada negara yang mempunyai 100 peratus semuanya celik huruf.

Sekitar 98 peratus penduduk di negara maju menamatkan sekurang-kurang sekolah rendah, sementara hanya 50 peratus di negara majoriti Islam. Sekitar 40 peratus penduduk di negara maju memasuki universiti, sementara hanya 2 peratus di negara majoriti Islam.

Negara-negara majoriti Islam mempunyai 230 ahli sains bagi setiap (per) sejuta penduduk.. Di AS 4,000 per sejuta, Jepun 5,000 per sejuta. Di seluruh negara Arab, penyelidik sepenuh masa ialah 35,000 dan hanya 50 juruteknik per sejuta (berbanding di negara maju 1,000 juruteknik per sejuta).

Negara Islam membelanjakan 0.2 peratus daripada KDNK untuk penyelidikan dan pembangunan (R&D) sebaliknya, di negara maju membelanjakan 5 peratus daripada KDNKnya.
Kesimpulan: Dunia Islam kurang keupayaan untuk menghasilkan ilmu pengetahuan.

Akhbar harian yang dibaca oleh setiap 1,000 orang dan jumlah judul buku yang dibaca oleh setiap sejuta orang adalah dua angka tunjuk bagi menentukan sama ada ilmu pengetahuan disalurkan ke dalam masyarakat.

Di Pakistan, hanya ada 23 akhbar harian per 1,000 rakyat Pakistan sementara nisbah di Singapura ialah 360. Di UK, jumlah judul buku per juta orang ialah 2,000 sementara di Mesir ialah 20.

Kesimpulan: Dunia Islam gagal menyalurkan ilmu pengetahuan.

Yang menariknya, jumlah terkumpul KDNK tahunan 57 buah negara ahli OIC ialah di bawah AS$2 trilion. Amerika sahaja, menghasilkan barangan dan perkhidmatan bernilai AS$12 trilion, China AS$8 trilion, Jepun AS$3.8 trilion dan Jerman AS$2.4 trilion.

Pengeluar minyak yang kaya, Arab Saudi, UAE, Kuwait, Qatar secara rangkuman menghasilkan barangan dan perkhidmatan (rata-rata minyak) bernilai AS$500 bilion; Sepanyol sahaja menghasilkan barangan dan perkhidmatan bernilai lebih AS$1 trilion, Poland AS$489 bilion dan Thailand AS$545 bilion.

Jadi, mengapa orang Islam tidak berkuasa dan orang Yahudi paling berkuasa?

Jawapannya ialah: Kurangnya ilmu. Kurangnya pendidikan dan kurangnya pelajaran.

Samada fakta diatas betul atau tidak itulah kesimpulannya. Aku dah tuleh dalam posting yang lepas....

"Daripada Abi Said al-Khudri telah berkata ia, Rasulullah s.a.w. telah bersabda: Kamu akan mengikut sunnah orang yang sebelum kamu sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta, sehingga sekiranya mereka itu melalui lubang biawak pun kamu akan mengikutnya. Kami bertanya Ya Rasulullah s.a.w.! Yahudi dan Nasrani.?"

(Sahih Muslim Juzuk Ke-16, halaman 219)



Thursday, 14 May 2009

Tokoh Ulama Terbilang Kedah - Tuan Hussein Kedah

Zaman kegemilangan ulama besar dari Patani dan Banjar telah mewarnai dunia keagamaan Islam di Semenanjung Malaya ketika itu. Kehebatan ulama dari Patani seperti Syeikh Daud bin Abdullah al-Fathani, Syeikh Zainal Abidin bin Muhammad al-Fathani, Syeikh Ahmad bin Muhammad Zain al-Fathani tidak dapat dinafikan. Demikian juga keluarga besar ulama Banjar yang dimulai oleh Syeikh Muhammad Arsyad bin Abdullah al-Banjari (pengarang kitab Sabil al-Muhtadin) dan keturunan beliau.(Gambar 1)




Salah seorang keturunan Syeikh Muhammad Arsyad bin Abdullah al-Banjari yang menyatu darah dengan orang Kedah ialah Tuan Husein Kedah al-Banjari.

Pengenalan dan Sejarah Asal-Usul

Nama lengkap beliau adalah Abu Abdullah Hussin bin Muhammad Nasir bin Muhammad Thayyib bin Mas’ud bin Qadhi Abu Su’ud bin Syaikh Muhammad Arsyad bin Abdullah al-Banjari. Dilahirkan pada hari Ahad 20 Jumadil Awwal 1280H bersamaan 2 November 1863 di Titi Gajah, Kedah. Nama timangan sewaktu kecilnya adalah Che Megat. Gelaran Megat diperolehi kerana ayah beliau Haji Muhammad. Nasir, seorang kebanyakan telah berkahwin dengan Tengku Fathimah binti Tengku Mahmud, seorang kerabat Diraja Kubang Pasu, Darul Qiyam. Kemudiannya beliau mashyur dengan nama Tuan Guru Tuan Hussin Kedah. (Gambar sebelah kiri)

Keturunan Tuan Hussin Kedah adalah berasal dari Kelompoyan Martapura Banjarmasin, Kalimantan, Indonesia. Sejarah kedatangan keturunan beliau ke Kedah adalah apabila datuk kepada datuknya yang bernama Qadhi Haji Abu Su’ud diceritakan bahawa beliau pulang dari Makkah untuk meneruskan perjalanannya pulang ke Banjar telah singgah di Kedah. Apabila sultan Kedah mendapat tahu kehadiran ulama Banjar ini maka baginda Sultan Kedah telah meminta kepadanya supaya tinggal di Kedah untuk menjadi guru baginda dan juga rakyat Kedah.

Di Kedah Qadhi Haji Abu Su’ud al-Banjari atas kehendak Sultan Kedah telah kahwin dengan perempuan bernama Rajmah. Dari perkahwinan itu memperoleh anak dinamakan Mas’ud, iaitu moyang kepada Tuan Hussin Kedah.

Moyang kepada Tuan Hussin Kedah ini iaitu Haji Mas’udbin Qadhi Abu Su’ud selain menjadi ulama di Kedah, beliau juga dilantik oleh Sultan Kedah, menjadi salah seorang panglima perang kerajaan Kedah ketika menentang kerajaan Thai (Siam Budha). Dan beliau gugur sebagai syahid ketika peperangan menentang Thai.

Pendidikan Agama

Tuan Husein Kedah mendapat pendidikan asas sistem pondok daripada datuknya Haji Muhammad Thayyib bin Mus’ud al-Khalidi an-Naqsyabandi dipondok Titi Gajah. Datuknya Haji Muhammad Thaiyib Kedah al-Banjari, seorang ulama besar yang juga menghasilkan beberapa buah karangan.

Pelajaran dilanjutkan di Patani, di Pondok Bendang Daya dan sempat belajar kepada pengasasnya, Haji Wan Mushthafa bin Muhammad al-Fathani (Tok Bendang Daya I) dan selanjutnya kepada anak beliau, Syeikh Abdul Qadir (Tok Bendang DayaII). Ketika di Bendang Daya dipercayai beliau bersahabat dengan Wan Ismail bin Mushthafa (Cik Doi) dan Tok Kelaba.

Selain di Bendang Daya Tuan Husein juga pernah belajar di Pondok Semela. Seterusnya beliau menyambung pelajarannya di di Pondok Bendang Daya, Fathani. Beliau sempat belajar dengan Tuan Guru Syaikh Haji Wan Mushthafa bin Muhammad al-Fathani (Tok Bendang Daya I) dan selanjutnya kepada anak beliau, Syaikh Abdul Qadir bin Syaikh Wan Mushthafa (Tok Bendang Daya II).
Ketika di Bendang Daya dipercayai beliau bersahabat dengan Wan Ismail bin Mushthafa al-Fathani (Tok Ayah Doi – pengasas pondok Gajah Mati, Kedah) dan Tok Kelaba.

Selain di Bendang Daya, Tuan Husein Kedah juga pernah belajar di Pondok Semela, pondok dimana datuknya pernah menuntut ilmu.

Tuan Hussain Kedah telah merantau ke Kelantan, Terengganu, Singapura, Johor dan Perak untuk mendalami ilmu agama. Setelah lama di perantauan mencari ilmu, beliau kembali ke Titi Gajah dengan niat untuk membantu datuknya mengajar.

Pada tahun 1892, beliau berangkat ke Mekah bersama isterinya iaitu Wan Khadijah binti Wan Yusuf untuk mengerjakan haji dan menambahkan pengetahuan agamanya. Ketika di Mekah beliau sempat berjumpa dan berguru dengan ulama-ulama besar disana seperti Syaikh Abdul Qadir bin Abdur Rahman al-Fathani, Sayyid Ahmad bin Zaini Dahlan, Syaikh Muhammad bin Sulaiman Hasbullah al-Makki, Syaikh Nawawi al-Bantani, Syaikh Umar Sumbawa, Syaikh Ahmad Umar Bali, Syaikh Ahmad Lingga, Syaikh Wan Ahmad al-Fathani dan ramai lagi.

Sewaktu di Mekah dipercayai Tuan Husein Kedah al-Banjari bersahabat dengan Haji Muhammad Saleh, Pulau Pisang, Tok Kenali dan beberapa orang ulama Tanah Melayu lain yang bersama-sama beliau di sana. Tuan Hussein belajar selama empat tahun di Mekah.

Liku-liku kehidupan Tuan Hussein

Apabila Tuan Hussain pulang dari Mekah pada tahun 1896M, beliau meneruskan pengajarannya di pondok Titi Gajah disamping menyusun semula pondok peninggalan datuknya itu. Pada waktu yang sama beliau ditawarkan untuk membuka pondok di kampung Alor Ganung, sebuah perkampungan yang berhampiran kerana memenuhi permintaan masyarakat tempatan. Beliau mengajar di situ selama 3 tahun.

Pada tahun 1900, beliau berpindah Bohor dan membuka pondoknya di sana. pelajar-pelajar lelaki dan perempuan di Pondok Bohor berumur antara 15 hingga 60 tahun. Terdapat dua kumpulan pondok iaitu Pondok Dalam di mana disediakan untuk orang yang sudah berkeluarga dan Pondok Luar untuk anak-anak bujang. Tuan Hussin mengendalikan pondoknya di Bohor selama 12 tahun sehingga beliau terkenal dengan panggilan "Tuan Hussain Bohor". Di Bohor, Tuan Hussein menetap selama 13 tahun. Itulang paling lama beliau menetap di satu-satu tempat dalam sejarah perjuangannya menuntut ilmu dan membangunkan pondok.

Dalam tahun 1912M, Tuan Hussein berhijrah lagi untuk membangunkan pondok di Bagan Ulu, Pantai Merdeka. Selepas lebih kurang tujuh tahun di Pantai Merdeka, barulah beliau membangunkan pondok di Kampung Selengkoh, Sungai Limau.
Pada tahun 1924M, Tuan Hussein mengasaskan Pondok al-Taufiqiah al-Hidayah di Batu 16, Padang Lumat. Juga dikenali sebagai Pondok Pak Ya yang kemudian dimudirkan oleh seorang anak murid beliau yang terkenal di Kedah iaitu Tuan Guru Haji Yahya Joned.

Tuan Hussein pernah menolak jawatan mufti yang ditawarkan oleh Sultan Kedah sebaik sahaja beliau pulang dari Mekah sekitar tahun 1318H. Beberapa tahun kemudian, Tuan Hussein ditawarkan pula jawatan Syeikhul Islam yang merupakan jawatan tertinggi dalam pentadbiran agama di negeri Kedah tetapi sekali lagi beliau menolak. Jawatan itu akhirnya disandang oleh Haji Wan Sulaiman. Selain khuatir tidak mampu menjalankan tanggungjawab dengan adil, Tuan Hussein sebenarnya memilih hidup bebas daripada terikat dengan jawatan rasmi.

Ketokohan Tuan Hussein ialah beliau tidak bertolak ansur berhubung soal hukum agama walaupun sesuatu kebenaran hukum yang dipertahankan menyebabkannya terpaksa bertelingkah dengan pihak berkuasa.

Antara peristiwa yang membuktikan ketegasan Tuan Hussein ialah apabila diperintahkan keluar dari Kedah pada 1921 selepas dituduh oleh pemerintah melanggar Akta Tauliah Mengajar dan Cetak Kitab kerana mengarang sebuah kitab.

Tindakan itu sebenarnya adalah rentetan rasa tidak puas hati Syeikhul Islam Kedah ketika itu terhadap tentangan Tuan Hussein terhadap fatwa Syeikhul Islam yang mengharuskan kutipan faedah dalam urusan pinjam-meminjam wang sebelum itu.

Akibatnya, Tuan Hussein berhijrah ke Pokok Sena, Seberang Perai dan menubuhkan pondok pengajian di sana dan masih kekal sehingga kini dengan nama Madrasah Khairiah Al-Islamiyyah.
Madrasah ini masih wujud hingga kini dan sangat maju semasa di bawah pengendalian anaknya, Allahyarham Sohibul Fadhilah Tuan Guru Haji Ahmad. Allahyarham Haji Ahmad pernah berkata, "Prinsip Tuan Hussein membangunkan pondok ialah untuk mengembangkan ajaran Islam dan memudahkan bagi orang yang ingin mempelajarinya.
Watak Peribadi dan pegangan Tuan Guru Hussein

Tuan Hussin Kedah adalah seorang ulama yang wara’ dan rajin beribadah. Beliau bertariqat Syattariah. Satu hal menarik, beliau sering berpindah dalam usaha menyebarkan ilmu kepada masyarakat. Beliau menubuhkan pusat-pusat pengajian di mana sahaja beliau tinggal. Beliau gemar membawa tongkat ketika berjalan. Tuan Hussein sangat tegas dalam melaksanakan disiplin pondok. Beliau akan memastikan anak-anak murid dan pengikut-pengikutnya tidak merokok, tidak menyanyi dan tidak bergaul bebas antara lelaki dan perempuan. Beliau memastikan murid-muridnya sembahyang berjemaah dan menghadiri kuliah yang ditetapkan.
Malahan beliau menyusun kedudukan pondok-pondok lelaki, perempuan dan pondok-pondok kelamin dengan kemas sekali supaya terhindar daripada pergaulan bebas lelaki perempuan. Semua pelajar perempuan menutup aurat dan yang lelaki memakai kopiah putih. Tindakan terakhirnya dalam memastikan tatatertib pondoknya berjalan baik dengan merotan pelajar-pelajar yang tidak mematuhi peraturannya.

Ketekunannya mengajar dan menulis membuatnya sangat dikasihi oleh umat Islam di mana saja beliau menjejakkan kakinya. Selain itu beliau telah mewakafkan tanah miliknya di beberapa tempat beliau membina pondok pengajian, masjid, perkuburan Muslim dan lain-lain.

Anak murid Allahyarham

Penuntut beliau melangkaui dari Semenanjung, Indonesia dan Thailand (Pattani). Jumlah penuntut beliau sangat ramai antara yang terkenal ialah Allahyarham Lebai Zakaria Pahang, Allahyarham Lebai Sulong (Sungai Bangkalis), Che Nik dan Wan Din (Pattani), Allahyarham Che Ismail Hamzah (Bekas Mufti Perak) , Tuan Guru Hj. Abdul Rahman Merbok (Kedah), Tuan Guru Haji Yahaya Joned dan anak beliau sendiri Allahyarham Tuan Guru Haji Ahmad Hj. Hussin yang pernah menjawat jawatan Qadhi Besar Pulau Pinang.

Hasil Penulisan Kitab

Dengan 18 buah kitab karangannya, Tuan Hussein dikatakan ulama pondok yang paling banyak mengarang kitab, khususnya di Kedah. Kitab-kitab karangan beliau adalah:

1. An-Nurul Mustafid fi Aqaidi Ahlit Tauhid, diselesaikan pada tahun 1305 Hijrah/1888 Masihi. Kandungannya membicarakan tentang tauhid, akidah Ahlis Sunnah wal Jamaah.

2. Tamrinush Shibyan fi Bayani Arkanil Islam wal Iman, diselesaikan pada hari Sabtu, 1 Syaaban 1318 Hijrah. Menggunakan nama Husein Nashir bin Muhammad Thaiyib al-Mas'udi al-Banjari. Kandungannya membicarakan tauhid, akidah Ahlis Sunnah wal Jamaah dinyatakan rujukannya ialah Ummul Barahin, Syarah Hudhudi, karya as-Suhaimi, Hasyiyah Syarqawi dan Dhiyaul Murid. Dicetak oleh Mathba'ah Dar Ihya' al-Kutub al-'Arabiyah, Mesir, Zulkaedah 1346 Hijrah, ditashhih oleh Ilyas Ya'qub al-Azhari.

3. Hidayatus Shibyan fi Ma'rifatil Islam wal Iman, menggunakan nama Abi Abdullah Husein Nashir bin Muhammad Thaiyib al-Mas'udi al-Banjari. Diselesaikan pada hari Isnin, 18 Muharam 1330 Hijrah. Kandungannya membicarakan tentang tauhid dan fikah. Cetakan yang pertama Mathba'ah At-Taraqqil Majidiyah al-'Utsmaniyah 1330 Hijrah. Dicetak pula oleh Mathba'ah Al-Ahmadiah, 82 Jalan Sultan Singapura, 1345 Hijrah/1927 Masihi. Ditashhih oleh Syeikh Idris bin Husein al-Kalantani.

4. Kisarul Aksir lish Shaghir `indal Kabir li Ma'rifatillahil `Alimil Khabir, diselesaikan pada hari Khamis, 25 Rabiulakhir 1336 Hijrah. Kandungannya membicarakan tentang tasauf dan thariqat. Cetakan yang ketiga, Al-Huda Press, Pulau Pinang, Safar 1356 Hijrah/April 1937 Masihi. Kitab ini baru diperoleh di Kampung Pulau Pisang, Kedah, pada 26 Jamadilawal 1425 Hijrah/14 Julai 2004 Masihi.

5. Hidayatul Athfal, diselesaikan pada 1336 Hijrah. Kandungannya pelajaran tauhid untuk kanak-kanak.

6. Hidayatul Mutafakkirin fi Tahqiqi Ma'rifati Rabbil `Alamin, diselesaikan pada 3 Rabiulakhir 1337 Hijrah. Kandungannya membicarakan tentang tauhid, menurut akidah Ahli Sunnah wal Jamaah. Cetakan yang pertama Mathba'ah Al-Ahmadiah, 82 Jalan Sultan Singapura, 1345 Hijrah/1927 Masihi. Cetakan yang kelima, Mathba'ah Persama, 83-85, Achen Street, dekat Masjid Melayu, Pulau Pinang, 1377 Hijrah/1957 Masihi.

7. Tafrihus Shibyan fi Maulidin Nabi min Waladi `Adnan, diselesaikan pada hari Selasa 3 Rabiulawal 1341 Hijrah. Kandungannya mengenai sejarah kelahiran Nabi Muhammad s.a.w. Dicetak oleh Mathba'ah Persama, 83-85, Achen Street, dekat Masjid Melayu, Pulau Pinang, 1382 Hijrah/1962 Masihi.

8. Tazkiru Qabailil Qadhi, diselesaikan pada 1343 Hijrah. Kandungannya merupakan Terjemahan Hadits Jawahir al-Bukhari, terdiri daripada dua juzuk, yang telah dijumpai hanya juzuk yang pertama saja. Cetakan yang pertama, Al-Maktabah Zainiyah, Taiping Perak, 1350 Hijrah. Dicatatkan, ``Titah membenarkan dicetak dari bawah Duli Yang Maha Mulia as-Sultan Perak atas minit paper Qadhi Kuala Kangsar nombor 149/30''.

9. Bidayatut Thalibin ila Ma'rifati Rabbil `Alamin, diselesaikan 1344 Hijrah. Kandungannya membicarakan ilmu tauhid. Cetakan yang kedua The United Press, No. 3 Dato' Keramat Road, Pulau Pinang, 1357 Hijrah. Ditashhih oleh Ilyas Ya'qub al-Azhari.

10. `Alaqatul Lamiyah wash Sharfiyah, diselesaikan 1345 Hijrah. Kandungannya membicarakan ilmu sharaf atau perubahan perkataan dalam bahasa Arab.

11. Ushulut Tauhid fi Ma'rifati Thuruqil Iman lir Rabbil Majid, diselesaikan 6 Syawal 1346 Hijrah. Kandungannya membicarakan falsafah ilmu tauhid dan ilmu fikah. Dicetak oleh Mathba'ah Az-Zainiyah, Taiping, Perak, hari Jumaat, 4 Jamadilakhir, 1347 Hijrah (cetakan kedua). Cetakan ulangan oleh percetakan yang sama tahun 1355 Hijrah (cetakan ketiga). Dicetak semula dengan kebenaran anak pengarangnya Tuan Guru Haji Ahmad bin Tuan Husein, Qadi Besar Pulau Pinang dan Seberang Perai kepada The United Press, Pulau Pinang, selesai cetak 11 Jamadilawal1393 Hijrah.

12. Hidayatun Nikah, diselesaikan 1347 Hijrah. Kandungannya membicarakan perkara-perkara mengenai nikah kahwin.
13. Qathrul Ghaitsiyah fi `Ilmish Shufiyah `ala Syari'atil Muhammadiyah, diselesaikan 25 Jamadilawal 1348 Hijrah. Kandungannya membicarakan tasawuf. Cetakan yang kedua, Mathba'ah Persama, 93 Achen Street, Pulau Pinang. Kitab ini baru diperoleh di Kampung Pulau Pisang, Kedah, pada 26 Jamadilawal 1425 Hijrah/14 Julai 2004 Masihi.

14. Majmu'ul La-ali lin Nisa' wal Athfaliyi, juzuk yang pertama, diselesaikan pada hari Jumaat, 5 Jamadilakhir 1350 Hijrah. Kandungan mukadimahnya menyatakan bahawa judul ini terdiri daripada sepuluh juzuk. Juzuk yang pertama, membicarakan hukum taharah dalam bentuk soal-jawab. Cetakan yang ketiga The United Press, Pulau Pinang, Jamadilakhir 1360 Hijrah. Kitab ini baru diperoleh di Kampung Pulau Pisang, Kedah, pada 26 Jamadilawal 1425 Hijrah/14 Julai 2004 Masihi.

15. Majmu'ul La-ali lin Nisa' wal Athfaliyi, juzuk ke-2, diselesaikan petang Isnin, 20 Rejab 1350 Hijrah. Kandungannya membicarakan tentang sembahyang dalam bentuk soal-jawab. Tidak terdapat nama percetakan. Dicetak pada 22 Jamadilakhir 1352 Hijrah (cetakan kedua), dinyatakan bahawa terdapat tambahan daripada cetakan yang pertama. Cetakan yang ketiga The United Press, Pulau Pinang, 3 Jamadilakhir 1360 Hijrah.

16. Tabshirah li Ulil Albab, diselesaikan tahun 1351 Hijrah. Kandungannya membicarakan tentang akidah/tauhid.

17. Hidayatul Ghilman, diselesaikan pada tahun 1351 Hijrah. Kandungannya membicarakan tentang akidah/tauhid yang ditulis dalam bahasa Arab.

18. Bunga Geti, diselesaikan pada tahun 1354 Hijrah. Kandungannya membicarakan tentang sembahyang qada atau mengganti sembahyang yang ketinggalan.

19. Nailul Maram fi ma Yujabu Husnul Khitam, diselesaikan pada hari Ahad, 6 Syaaban 1354 Hijrah. Kandungannya membicarakan tentang beberapa amalan zikir dan wirid untuk mendapatkan husnul khatimah. Dicetak oleh The United Press, dikeluarkan oleh Haji Ahmad bin Tuan Husein dengan catatan, ``Dicap risalah ini untuk mendapat khairat bagi Al-Madrasah Al-Khairiyah Al-Islamiyah, Pokok Sena, Kepala Batas, Seberang Perai.''

20. Tanbihul Ikhwan fi Tadbiril Ma'isyah wat Taslikil Buldan, diselesaikan pada tahun 1354 Hijrah. Kandungannya membicarakan tentang penghidupan dan pentadbiran pemerintahan.

Meninggalnya tokoh agama Kedah ini.

Menurut catatan dari keluarganya ketika beliau jatuh sakit, Tengku Abdullah; bekas muridnya meminta beliau pulang ke Kedah. Dan pada mulanya beliau enggan pulang ke Kedah setelah dirayu oleh anaknya beliau bersetuju. Tengku Abdullah telah mengambil beliau di Pokok Sena dan dibawa ke rumahnya di Batu 16, Padang Lumat, dan pada 18 Zulkaedah 1354H bersamaan 10 Februari 1936M, dengan kehendak Allah Tuan Hussin pulang ke rahmatullah dan jenazahnya telah dikebumikan di perkuburan Titi Gajah.

Perjuangannya diteruskan oleh anakandanya iaitu Tuan Guru Haji Ahmad Tuan Hussin, yang juga merupakan Qadhi Besar, Pulau Pinang. Demikianlah sekelumit kisah ulama seorang ulama tersohor dan berjasa di utara Semenanjung Melayu. Peranannya dalam pendidikan, dakwah dan penulisan dalam seharusnya menjadi contoh kepada generasi ulama sekarang. Akhirkata, marilah kita hadiahkan al-Fatihah pada ulama besar ini. al-Fatihah.

Dipetik dari tulisan Oleh WAN MOHD. SHAGHIR ABDULLAH dan
aku kutip sebahagian lagi dari beberapa laman web.